Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Pemerintah Beijing mengumumkan penutupan sejumlah fasilitas publik termasuk taman hiburan, pusat perbelanjaan, dan museum usai kasus positif Covid-19 mengalami lonjakan hingga melesat lebih dari 28.127 infeksi, Selasa (22/11/2022).
Dengan kota Guangzhou dan barat daya Chongqing sebagai wilayah yang menyumbang penyebaran kasus Covid terbanyak hingga mencapai setengah dari total infeksi.
Otoritas Ibu Kota China mencatat lonjakan tersebut sebagai kasus paling parah, bahkan mengungguli puncak infeksi Covid dari bulan April lalu.
Baca juga: Breaking News Update Covid-19 per 21 November 2022: Tambah 4.306 Kasus Baru, 43 Orang Meninggal
Lantaran lonjakan kasus positif Covid-19 telah menyebabkan dua kematian di Beijing, setelah enam bulan terakhir China tak pernah melaporkan kasus kematian.
"Kota ini menghadapi situasi pencegahan dan pengendalian yang paling kompleks dan parah sejak merebaknya virus Corona," kata Liu Xiaofeng, Wakil Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit kota Beijing.
Sebelum pemerintah China mengeluarkan kebijakan ini, pihaknya sempat memberlakukan 20 aturan pelonggaran. Diantaranya mengurangi waktu karantina untuk wisatawan yang datang dari luar negeri serta menyederhanakan sistem untuk menilai risiko penularan. Langkah ini awalnya diambil agar dapat melonggarkan tekanan pada sektor ekonomi China.
Namun usai kebijakan tersebut diterapkan Komisi Kesehatan Nasional melaporkan lonjakan kasus baru di negeri tirai bambu sekitar 962 infeksi, kenaikan ini lantas menambah daftar panjang jumlah pasien positif Covid di China menjadi 288.562 kasus dengan total kematian sebanyak 5.231, seperti yang dikutip dari Reuters.
Alasan inilah yang memaksa pemerintah China untuk memperketat aturan dengan meningkatkan aturan untuk memasuki kota hingga menutup bisnis dan sekolah di seluruh distrik, terutama wilayah yang terkena dampak paling parah.
Baca juga: Breaking News Update Covid-19 per 21 November 2022: Tambah 4.306 Kasus Baru, 43 Orang Meninggal
“Pembukaan kembali bisa membuat kebijakan mungkin mundur setelah dan menyebabkan gangguan sosial. Dengan demikian, pejabat lokal mungkin lebih enggan memperlonggar aturan Beijing," tulis analis Nomura.
Munculnya kebijakan baru tersebut tentunya makin menekan ekonomi 19 juta warga dan para pelaku usaha di China, mengingat saat ini mereka tengah berjuang untuk melakukan pengiriman ekspor impor di tengah kenaikan harga atau inflasi pasar global.
Apabila kondisi ini terus terjadi ekonomi China diperkirakan gagal mencatatkan pertumbuhan dan melambat 2.8 persen sepanjang 2022, seperti yang diproyeksikan Bank Dunia.
Belum diketahui kapan aturan ini akan dicabut, namun untuk mempercepat pemulihan pemerintah mulai mengupayakan dorongan vaksinasi besar-besaran serta membangun lebih banyak fasilitas rumah sakit dan klinik di sejumlah distrik.