Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman ingatkan, kita tidak bisa hanya mengandalkan antibodi yang meningkat untuk hadapi Covid-19.
Sebelumnya pada Agustus 2022 lalu, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI mengumumkan hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2.
Baca juga: PPKM Dicabut, Kemenkes Sebut Antibodi Masyarakat Indonesia 98,5 Persen
Hasilnya, kadar antibodi penduduk Indonesia meningkat.
Dari yang sebelumnya 444 unit per mililiter, menjadi 2.097 unit per mililiter.
Peningkatan kadar antibodi ini kata Dicky tentu menjadi kabar baik.
Namun perlu diingat masih ada tantangan lain seperti keberadaan subvarian baru.
Saat ini saja telah ditemukan subvarian BF.7 di China.
Lalu ada XBB.1.5 yang begitu efektif meningkatkan kasus di Amerika.
Menurut Dicky, subvarian Omicron di luar sana mampu menembus antibodi.
Baca juga: Covid XBB: Varian Baru Omicron yang Lebih Cepat Menular, Kebal Vaksin, dan Antibodi
Belum lagi dengan kelompok berisiko yang belum mendapatkan booster.
Sehingga saat terinfeksi, kelompok ini rentan mengalami perburukan.
"Ini artinya memberikan pesan pada kita, tidak bisa (hanya) mengandalkan hasil serologi," ungkapnya pada Tribunnews, Kamis (5/1/2023).
Oleh karena itu, ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan selain dari modal antibodi.