TRIBUNNEWS.COM - Berikut update kasus harian Covid-19 di Indonesia hari ini, Senin (9/1/2023).
Total penambahan jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 hari ini sebanyak 266 kasus.
Jadi, total keseluruhan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini menjadi 6.723.812 kasus, terhitung sejak 2 Maret 2020 lalu.
Kendati demikian, kasus sembuh Covid-19 di Indonesia juga ikut meningkat.
Dengan jumlah kesembuhan sebanyak 557 orang.
Baca juga: Sanha ASTRO Didiagnosis Positif Covid-19, Hentikan Promosi Comeback dan Batalkan Semua Jadwal
Total keseluruhan pasien Covid-19 yang sembuh berjumlah 6.555.052 orang.
Sementara itu, untuk pasien Covid-19 yang meninggal dunia tercatat sebanyak 11 orang.
Sehingga total keseluruhan pasien meninggal dunia ada sebanyak 160.694 jiwa.
Update informasi data sebaran kasus Covid-19 pada tiap provinsi dapat di akases di sini.
Pakar Ingatkan Kenaikan Kasus Covid-19 hingga Potensi Hiperendemi
Peneliti Keamanan dan Kesehatan Global, Dicky Budiman menyatakan soal adanya kemungkinan kembali terjadinya kenaikan kasus Covid-19 hingga hiperendemi.
"Akan naik lagi ada (kemungkinan), alih-alih dunia cepat endemi ternyata kecenderungannya selain masih belum terkendali, lebih kearah hiperendemi," ungkapnya, Jumat (6/1/2022).
Hiperendemi sendiri merupakan infeksi atau wabah Covid-19 yang terus ada di berbagai tempat, termasuk di Indonesia.
Serta jumlah penyakit tersebut bisa menigkat di atas prediksi.
Situasi itu akan berdampak ke Indonesia dan tidak hanya bergantung paa upaya seperti vaksinasi dan protokol kesehatan.
Baca juga: Indonesia Dapat 221 Ribu Kuota Haji, PBNU: Tunjukan Penanganan Covid-19 di Dunia Semakin Baik
Namun, bergantung juga dari karakter biological virus itu sendiri.
"Ada faktor lain dari karakter biological virus sendiri yang menentukan seberapa cepat bermutasi, seperti apa karakter akhirnya," papar Dicky.
Selain itu, Dicky juga mengatakan bahwa tidak hanya kematian dan keparahan saja, tetapi dengan pola hiperendemi ini setidaknya akan terhadi kasus infeksi yang tinggi.
"Tidak hanya kematian dan keparahan, tapi dengan pola hyper endemi ini, setidaknya akan terjadi kasus infeksi ya tinggi, tidak bisa diprediksi tapi tinggi," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Rifqah/Aisyah Nursyamsi)