"Sejak lajang saya sudah bekerja. Sekitar tahun 1995 lah. Upah yang didapatkan tergantung. Namanya juga jalan-jalan ngisi warung. Kalau ada jual beli, tentu banyak untung. Kalau jual beli sedikit, tentu sedikit juga untungnya," ungkap Waldi Idrus.
Baca: Peternak Ayam Gugat Datuk Penghulu Rp 1 M, Berawal dari Aksi Unjuk Rasa Akibat Serangan Hama Lalat
Baca: Berawal dari Chatting di Medsos, Istri Polisi Nyaris Diamuk Warga
Berkat usaha dan kerja kerasnya selama 20 tahun, Waldi Idrus mampu menyisihkan uangnya untuk dapat mewujudkan keinginannya.
"Ya menabung mulai dari sedikit-sedikit. Kata orang lama kan jadi bukit," ucapnya tersenyum.
Ia sudah berkeinginan berangkat ke Tanah Suci sejak masih lajang.
Waldi Idrus mengatakan, agar bisa mendaftar haji, ia harus mengumpulkan uang sebesar Rp 25 juta.
"Awal mendaftar harus mampu mengumpulkan uang sebesar Rp 25 juta untuk mendapatkan nomor porsi.
Nomor porsi ini adalah semacam nomor antrean untuk berangkat haji," jelas Waldi Idrus.
Setelah itu, ia semakin giat melunasi ongkos haji dalam 8 tahun belakangan.
Akhirnya, ia mendapat nomor porsi pada tahun 2011 dan kemudian ia bisa mendaftar haji.
Memiliki lima anak yang masih sekolah, tak menyurutkan niat hati Waldi Idrus menyisihkan uangnya untuk berhaji.
Waldi Idrus mengaku ia mendapat pesan dari neneknya untuk bisa melaksanakan ibadah haji.
"Cita-cita naik haji sejak turun temurun. Nenek saya pernah bilang, kalau ada rezeki, silakan pergi haji. Begitupun dengan ibu saya. Kalau ada rezeki, nak, berangkatlah haji," ujar Waldi menirukan pesan nenek dan ibunya.
Suami dari Nur Aini ini mengatakan, dari semua anggota keluarga, hanya dia yang belum menginjakkan kaki ke Mekah.
"Orang tua saya sudah naik haji. Terus saudara-saudara juga sudah naik haji. Kini tinggal saya sendiri. Saya anak bungsu yang akan berangkat," ucapnya.
Dari situlah Waldi Idrus semakin giat menabung dengan mengumpulkan uang hasil berkeliling mengantar barang ke grosiran atau toko.