TRIBUNNEWS.COM - Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) telah membuat inovasi rompi penurun suhu untuk para jemaah Indonesia yang tengah melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi.
Rompi tersebut dibuat dengan tujuan mengantisipasi dampak suhu ekstrem yang terjadi di Arab Saudi.
Serta mencegah jemaah haji mengalami komplikasi yang bisa menyebabkan kecacatan otak dan kecacatan jantung.
Hal tersebut diungkap oleh Dokter Klinik Kesehatan Haji Indonesia, Suzy, dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Sabtu (9/7/2022).
Baca juga: Tiba di Arafah, Sejumlah Jemaah Haji RI Harus Jalani Perawatan: Dehidrasi Hingga Hipoglikemia
"Kita mencegah komplikasi yang lebih lanjut, dimana itu bisa menyebabkan kecacatan otak dan kecacatan jantung. Itu yang kita tidak harapkan dari komplikasi tersebut," kata Suzy.
Sementara itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji, Budy Sylvana, mengatakan rompi penurun suhu ini dilengkapi lapisan karbon dengan teknologi pendingin.
Tujuannya untuk membuat suhu badan jemaah yang tinggi menjadi normal kembali dalam beberapa saat.
"Tujuannya untuk memberikan efek penurunan suhu ketika jemaah sedang berada di suhu yang lebih dari 50 derajat," terang Budi.
Baca juga: Ketika Wapres Maruf Amin Cukur Rambut KSAL Laksamana TNI Yudo Margono Saat Ibadah Haji
Lebih lanjut Budi menjelaskan bahwa rompi penurun suhu ini berisi karbon cool.
Suhu dingin yang ada dalam rompi tersebut pun bisa bertahan setelah digunakan selama 8-12 jam.
Sehingga rompi penurun suhu ini dinilai efektif untuk digunakan jemaah haji ketika suhu panas ekstrem di Arab Saudi.
"Jadi ini isinya karbon cool namanya. Dinginnya bisa bertahan setelah digunakan 8- 12 jam. Jadi cukup efektif mungkin kami nilai kalau digunakan di suhu-suhu ekstrem panas," jelas Budi.
Baca juga: Keberangkatan Haji Terbanyak, Biro Travel Ini Berangkatkan 500 Calon Jemaah ke Tanah Suci
Puncak Haji di Arafah: 139 Jemaah Sakit Harus Wukuf di Bus, 51 Orang Dibadalhajikan
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, sebanyak 139 jemaah haji Indonesia tercatat harus menjalani safari wukuf, dalam pelaksanaan ibadah wukuf di Padang Arafah, Jumat (8/7/2022).
Safari wukuf adalah kondisi ketika seorang jemaah sakit dan harus menjalani wukuf di dalam ambulans atau kendaraan.
Dari sejumlah tersebut, sebanyak 112 jemaah dalam posisi duduk, sementara 27 jemaah dalam posisi baring.
Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr Budi Sylvana, MARS, mengatakan jumlah tersebut meliputi pasien dari ruang rawat inap, IGD, isolasi, intermediate, greenzone, dan psikiatri.
"Jemaah disafariwukufkan menggunakan 10 bus dan dikawal 4 ambulans. Sudah berangkat dari KKHi jam 12.00 WAS" kata dr Budi, ditemui di Arafah, Jumat (8/7/2022).
Sebanyak 112 jemaah yang disafariwukufkan dalam posisi duduk terbagi ke dalam 6 bus. Sementara 27 jemaah dalam posisi baring terbagi dalam 4 Bus.
Baca juga: Jemaah Haji Indonesia Pertama Tiba di Arafah: Sujud Syukur di Tanah Lapang, Talbiyah Berkumandang
Selama proses safari wukuf, dr Budi menegaskan bahwa jemaah tetap dalam bus.
Selain proses safari wukuf yang dilakukan oleh KKHI Makkah, terdapat 1 orang pasien yg disafariwukufkan oleh RS Arab Saudi.
Persiapan pemberangkatan jemaah dan bus telah dimulai sejak jam 5 pagi.
Pasien yang bisa mandi sendiri maka mandi sendiri, jika bisa mandi di kamar mandi dengan pendampingan, maka didampingi.
Dan yang tidak bisa, dimandikan perawat di tempat tidurnya masing masing, setelah itu jemaah dipakaikan baju ihram.
Baca juga: Ekspresi Jemaah Haji Indonesia saat Lihat Kondisi Tenda di Arafah : Ini Nikmat Allah
"Masing masing bus didampingi oleh dua orang dokter, dua orang perawat, dan tenaga lainnya. Tim safari wukuf berangkat sejak pukul 12.00 dan dijadwalkan kembali dr Arafah jam 17.00 WAS," kata Budi.
Setelah Proses safari wukuf selesai, semua jemaah akan kembali di rawat di KKHI.
Sementara untuk jemaah yang berasal dari kloter, akan dikembalikan setelah kloternya kembali ke hotel.
Sementara, dalam pelaksanaan haji tahun ini, total sebanyak 51 orang harus menjalani badal sakit.
Rinciannya, jemaah badal karena wafat 29 orang, kemudian ada 22 orang dibadalhajikan karena sakit.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Aji Bramastra)