Kepala Bidang Perlindungan Jamaah (linjam) PPIH Arab Saudi, Harun Al Rasyid, sejatinya prosesi puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina akan selesai dalam hitungan jam.
Namun, karena kepadatan arus di jalur jamarat, dan bersamaan 2,8 juta jamaah dari 80-an negara, prosesinya lebih banyak habis di jalan.
Dari hasil simulasi dan orientasi petugas PPIH dari Madinah dan Bandara, kemarin, juga terungkap di rute jalan kaki dari tenda di Mina ke Jamarat masih menjadi titik paling rawan bagi jemaah haji.
Di Mina, jemaah haji harus berjalan kaki dari perkemahan untuk menuju ke Jamarat, tempat melempar jumrah aqabah awal.
Jarak antara tenda perkemahan dengan jamarat sekitar 3-5 km. Jemaah harus menempuh perjalanan pulang pergi.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, level siaga kesehatan dan keselamatan jamaah naik ke status II hingga I.
Di jalur dan periode ini juga jadi momen paling menegangkan bagi unit kesehatan haji.
Momen ini sekaligus mengkonfirmasi haji itu bukan ibadah psikis mahda belaka, melainkan ibadah fisik yang membutuhkan tenaga ekstra.
Grafik jemaah kelelahan, dirawat dan wafat, akan naik tiga hingga lima kali lipat dari periode sebelum puncak haji.
"Ingat ini masa paling krusial dan puncak tugas kita. Satgas Mina domain rekan-rekan yang ada Daker Madinah dan lokasi Mina yang kami jelaskan tadi malam, ini lah lokasi yang sebenarnya," kata Harun dalam apel pengarahan pemetaan 400 petugas di lokasi maktab-maktab jemaah haji Mina-Musdalifah pagi hingga jelang siang.
Selain siaga kedaruratan kesehatan, periode Masyaair ini jugalah indeks jumlah jamaah tersesat dan disorientasi akan naik hingga level tiga hingga empat digit.