TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Ribuan jamaah haji Indonesia, sepanjang Rabu (28/6/2023) pagi hingga pukul 14.00 WAS siang terjebak di padang dan lembah Mabit Musdalifah antara Arafah dan Mina.
Mereka kena efek langsung "Jebakan Mashariq Muzdalifah" dari akumulasi kemacetan lalulintas, dan berimbas kepada layanan akomodasi, konsumsi, di kawasan Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna), dan deploy transportasi bus jamaah dari Musdalifah ke Mina.
Hingga Kamis (29/6/2023) siang, jamaah terjebak sudah bersitirahat di tenda-tenda maktab Mina.
Bahkan sebagian besar sudah menunaikan ibadah wajib haji, melontar kerikil di Jamarat Aqobah, Mina.
Dan ternyata, insiden itu berbuah hikmah, setidaknya seperti yang dialami jamaah Kloter
"Hikmahnya, Alhamdulillah dari Musdalifah kami di Maktab 15 langsung ke Jamarat untuk Aqabah, malamnya. Tadi pagi, juga sudah melontar untuk nafar awal, dan besok nafar tsani," kata Haji Chaidir Muntu (53), Ketua Regu Jamaah Kloter 8 UPG asal Jayapura, Ibukota provinsi Papua, Kamis (28/6/2023).
Baca juga: PPIH: Barang Bagasi Jemaah Haji Ditimbang Dua Hari Sebelum Kepulangan
Bersama 390 jamaah dari Papua, Sekretaris Taklim Masjis Taqwa Hamadi, Jayapura ini, kini mereka ditempatkan di Maktab 15 Mina.
Rabu (28/6) lalu, Chadir dan jamaah lain dari 7 embarkasi Tanah Air, dipaksa kondisi lalulintas Armuzna masuk "Jebakan Musdalifa".
Selama hampir 10 jam, tanpa tenda pemanen, tanpa air, tanpa sarapan, dan makan siang, mereka terpaksa "wuquf ulang kedua" di Musdalifah.
Otoritas haji di Armuzna mengkonfirmasi "jebakan Musdalifah" terjadi adalah akumulasi dari membeludaknya bus jamaah dari dan ke Arafah ke Mina dan Misdalifaj, angkutan konsumsi, dan utililitas lain antara Mina dan Musdalifah.
Kondisi macet terjadi hampir 3 -5 jam bahkan banyak mesin bus over heat, rusak karena mesin air conditioner bus terus aktif, dan bus tak bergerak.
"Kami ini dari maktab 15, 16 dan 17 Arafah ini tak minum, tak asa bus dan tenda, banyak jamaah kelelahn, pingsan." ujar suara dari klip video yang khusus dikirim untuk Tribun.
Bahkan, kata dia, karena jamaah Papua banyak kena usir dari petugas dan askar, dari ambulance, karena dianggap bukan warga Indonesia.
"Ceritanya kami dapat usir dari mobil ambulance...mo antar lansia ke mina...ee' tau2x dapa larang daei dokter ambulance dikiranya warga bangladesh," ujat Chaidir.
Secara terpisah, kepada Tribun, siang tadi, jamaah " mengisahkan kisah hikmah saat dipaksa masuk "Jebakan Musdalifah".