Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jemaah haji Indonesia perlu mewaspadai penularan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East respiratory syndrome/MERS), yang disebabkan oleh Middle East respiratory syndrome Coronavirus (MERS-CoV). MERS-CoV.
Gejala awal yang paling sering ditemukan, yaitu demam, lalu batuk, dan sesak napas.
Semua penyakit menular karena virus dan bakteri umumnya memang didahului dengan demam.
Oleh karena itu jemaah haji yang merasa demam atau tidak enak badan harus segera melaporkan kondisinya kepada Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).
Imbauan ini disampaikan Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.
"Kita sudah sampaikan kepada jemaah haji kita. Kalau di sana ada yang mulai tidak enak badan, mulai meriang, harus segera lapor ke TKHI-nya di kloter untuk mendapatkan pemeriksaan dan diobati lebih lanjut,” pesan Farchanny dilansir dari website Kemenkes, Jumat (17/5/2024).
Selain demam, beberapa kasus MERS-CoV juga bergejala diare dan mual atau muntah.
Sebagian besar kasus konfirmasi MERS mengalami sindrom saluran pernapasan akut yang berat.
Ada juga komplikasi parah yang terjadi dapat berupa pneumonia dan gagal ginjal.
Lebih lanjut, Farchanny menyampaikan, pasien yang butuh pemeriksaan lebih lanjut akan dibawa ke Pusat Kesehatan Haji.
"Kalau di Pusat Kesehatan Haji di Makkah dan Madinah setelah diperiksa, ternyata harus ditangani lebih lanjut lagi, maka jemaah akan dikirim ke rumah sakit," lanjutnya.
Saat jemaah haji diperiksa, petugas akan memberi beberapa pertanyaan lebih dalam meliputi riwayat kontak jemaah dengan unta serta riwayat konsumsi produk-produk dari unta.
Kemudian akan ditanyakan, apakah jemaah memiliki riwayat bepergian ke peternakan unta.