TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Kementerian Agama tahun ini kembali mengusung tagline Haji Ramah Lansia. Tagline yang sama diusung pada operasional haji 1444 H/2023 M.
Hal ini tidak terlepas dari fakta masih banyak jemaah haji yang berangkat tahun ini dengan usia 65 tahun ke atas.
Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) mencatat jumlahnya hampir 45 ribu, atau tepatnya 44.795 jemaah.
Ini tentu bukan jumlah yang sedikit.
Baca juga: Penerbangan ke Arab Saudi Delay 16 Jam, Jemaah Haji Menanti Janji Maskapai Garuda Beri Kompensasi
Jika dirasiokan berdasarkan total kuota jemaah haji reguler, 213.320, maka prosentasenya hampir 21 persen.
Lansia ini terbagi dalam empat kelompok umur:
- 34.420 jemaah pada rentang 66 - 75 tahun
- 8.435 (76 - 85)
- 1.835 (86 - 95)
- 55 dengan usia lebih 95 tahun.
Tercatat, jemaah tertua tahun ini berusia 110 tahun, Mbah Harjo Mislan dari Ponorogo, Jawa Timur.
Ada empat kategori jemaah haji lansia.
- Pertama, lansia mandiri.
- Kedua, lansia dengan penyakit penyerta tapi masih dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri.
- Ketiga, lansia yang memerlukan bantuan orang lain saat beraktivitas harian di luar.
- Keempat, lansia yang memerlukan bantuan orang lain saat beraktivitas di dalam maupun luar kamar.
Baca juga: Layanan Haji Dikritik, Kemenhub Tegur Garuda Indonesia, Ini Respons Manajemen
Dari data ini, wajar jika Kemenag kembali mengusung semangat memberikan layanan terbaik bagi jemaah, khususnya mereka yang lansia.
Tidak hanya itu, tercakup di dalamnya adalah jemaah disabilitas.
Lantas, apa saja yang dilakukan Kemenag untuk mewujudkan Haji Ramah Lansia?
Istithaah Kesehatan
Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie menjelaskan, ikhtiar mewujudkan Haji Ramah Lansia bahkan sudah dilakukan sejak dari Tanah Air.
Skema layanan lansia ini kemungkinan akan menjadi model layanan haji yang terus berkembang di tahun mendatang.
Sebab, ada tren jumlah jemaah haji lansia terus meningkat seiring masa tunggu yang cukup lama.