Niat dan doa tulusnya sebagai orangtua rupanya dibalas Allah dengan bakti ke 8 anaknya.
Anak-anaknya berjibaku membiayai ayah dan ibunya agar bisa berhaji.
"Sekarang anak-anak yang saya besarkan menaikkan haji saya. Alhamdulillah, aku bersyukur," ucapnya, lagi-lagi dengan suara terputus-putus menahan agar tangisnya tak semakin deras.
Mardeka tak menyangka keinginan naik haji yang diniatkannya sejak 1980 diwujudkan anak-anaknya.
Mardeka didaftarkan sebagai jemaah haji sejak 2018 silam. Saat itu dirinya masih sehat.
Hingga tiba saat dipanggil 2023 lalu dia tahu akan masuk sebagai jemaah haji yang berangkat 2024, cobaan menghampirinya lagi.
Mardeka didiagnosa mengidap glukoma yang menyebabkan penglihatannya kabur.
Awalnya mata sebelah kanan, kemudian merembet ke kiri.
"Kanan awalnya kabur, lalu merembet ke kiri sampai kabur sama sekali," cerita Mardeka.
Tekad kuatnya ke Tanah Suci membuatnya bersemangat menempuh berbagai daya upaya pengobatan agar matanya sembuh dan bisa melihat lagi.
Mulai berobat ke spesialis mata di Banjarmasin Kalimantan Selatan, meski harus menempuh perjalanan sehari semalam dari desanya, tak menghalanginya bisa sembuh agar bisa naik haji dengan kondisi sehat.
Allah berkata lain, Mardeka harus menerima kenyataan jika dirinya bisa ke tanah suci dengan keterbatasan.
"Bapak ini menangis pas kami bilang gimana kalau umrah saja tidak usahberhaji karena kondisi bapak yang tidak bisa melihat ini. Tapi beliau menolak, tetap ingin naik haji," tutur Arsimah sang istri menceritakan betapa kuatnya niat Mardeka naik haji.
Mardeka pun pasrah menjalani kenyataan berhaji sebagai penyandang tunanetra.
Mandiri Melakukan Ibadah
Keterbatasan ternyata tak menghalangi Mardeka beribadah.
Ia pun menjalani ibadah umrah wajib dengan dibimbing istri, teman sekamar bersama Ketua Rombongan dan Ketua Kloter dan petugas Haji yang mendampinginya.