News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Di Balik Organisasi Kejahatan Yakuza

Mau Lolos dari Jeratan Yakuza Malah Jadi Bisnis Menggiurkan

Editor: Widiyabuana Slay
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perempuan yakuza

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang

TRIBUNNEWS.COM - Upaya melemahkan kekuatan dunia sindikat kejahatan Jepang yang biasa disebut Yakuza memang tida mudah. Sudah ada UU baru semakin mempersempit gerak yakuza, ada pula usaha lain supaya bisa lolos dari jeratan UU tersebut. Akibatnya masyarakat sendiri jadi semakin bingung.

Guna mengantisipasi "kebersihan" seseorang atau sebuah perusahaan dari jeratan atau keterkaitan dengan yakuza, maka muncul banyak organisasi atau asosiasi di Jepang yang membuat sertifikat atau surat keterangan "bersih terlibat" dari sindikat kejahatan.

Sebuah Asosiasi demikian yang berada di Osaka, Organized Crime Relationship Certification Association, malah membingungkan masyarakat. Pimpinannya Akira Tanaka (57) dan dua pengurus lain, menurut majalah Shukan Jitsuwa terbitan 24 Mei lalu, ditangkap polisi tanggal 2 Mei 2012. Tuduhan polisi, Tanaka membuat sertifikat atau surat keterangan palsu.

Para penyelidik kepolisian yakin asosiasi yang dipegang Tanaka itu untuk mencari keuntungan saja, dengan memanfaatkan UU Anti Kejahatan yang diefektifkan sejak 1 Oktober tahun lalu di Jepang.

Apabila seseorang atau perusahaan dinyatakan oleh asosiasi sebagai orang atau perusahaan yang "bersih" maka dia atau perusahaan akan semakin mudah berbisnis di Jepang karena sudah ada bukti tertulis tidak pernah atau tidak terlibat organisasi kejahatan mana pun di Jepang.

Sejak musim gugur tahun lalu asosiasi ini menyebarkan dokumen ke berbagai perusahaan individual yang isinya mengajak bergabung dengan biaya 10 juta yen atau sekitar Rp 1,16 miliar (kurs 116 per yen). Keuntungan yang dapat diperoleh antara lain bisa mengetahui semua daftar organisasi kejahatan di Jepang sehingga perusahaan kita dapat terjauhkan dari mereka.

Apabila anggota menarik anggota lain maka anggota dapat komisi yang cukup besar pula, cara piramida seperti bisnis multi-level marketing yang dilakukan asosiasi tersebut.

Cara lain untuk meyakinkan calon anggota juga dengan menjual tiket senilai 1.000 yen (Rp 116 ribu). Lalu asosiasi melakukan penyelidikan terhadap satu perusahaan atau individual tertentu yang ingin didekati calon anggota tersebut. Hasilnya cuma berupa informasi Yes atau No saja bahwa perusahaan atau individual yang diselidiki itu terlibat atau tidak dengan sindikat kejahatan di Jepang.

Menurut pihak asosiasi yang diwawancarai Shukan Jitsuwa, pihak asosiasi menggunakan sumber data kepolisian dan teman-teman yang ada di dalam jaringan kepolisian untuk penyelidikan, dan bukan berasal dari berita atau sumber yang tidak jelas, "Jadi kami melakukan dengan benar bukan penipuan atau bukan pembohongan yang dilakukan di sini untuk sekadar bisnis," kata sumber asosiasi.

Pada kenyataannya pihak asosiasi tersebut tidak melakukan pengkajian apa pun dan tak punya hubungan dengan pihak kepolisian, "Jadi jelasnya asosiasi tersebut memang tidak melakukan verifikasi keterlibatan terhadap sebuah organisasi kejahatan. Hanya cara mudah untuk mengumpulkan uang saja yang dilakukan mereka," untuk seorang wartawan yang mengetahui asosiasi tersebut.

Pihak kepolisian pemerintah daerah Osaka pun sangat marah mendengar komentar pihak asosiasi. "Kami tak pernah membuka data rahasia kepada umum apalagi kepada asosiasi tersebut. Jadi keterangan pihak asosiasi itu sama sekali tidak benar," ujar sumber dari pihak kepolisian wilayah Osaka.

Berbagai anggota masyarakat Jepang yang mengetahui hal ini menjadi bingung saat ini. Asosiasi yang mengatasnamakan security untuk memberikan informasi berguna kepada masyarakat ternyata melakukan hal-hal penipuan begitu, "Polisi harus bertindak tegas kepada mereka itu agar kita tidak bingung jadinya," komentar banyak anggota masyarakat Osaka.

Penelitian Tribunnews.com, setelah kejadian penangkapan pimpinan asosiasi tersebut oleh polisi, situs asosiasi menjadi tidak bisa dibuka saat ini. Padahal domainnya masih aktif sampai dengan 31 Januari 2013.

INTERNASIONAL POPULER

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini