TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Margaret Thatcher, mantan Perdana Menteri Inggris, meninggal dunia di usia 87 tahun kemarin. Dunia mengenal wanita 'bertangan besi' itu sebagai seorang pemimpin yang berani dan berdedikasi kepada negaranya.
Memulai karirnya sebagai politisi dari kalangan konservatif di tahun 1950 ia langsung menjadi kandidat wakil rakyat dari partai buruh untuk wilayah Dartford. Saat itu kehadirannya di blantika politik langsung menyita mata media massa Inggris, karena satu-satunya wanita muda yang maju ke depan.
Ia kemudian menjadi anggota Parlemen Inggris untuk wilayah Finchley di tahun 1958. Karir politiknya melejit ketika partai Konservatif Inggris di bawah Edward Heath memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu) di tahun 1970, dan ia ditunjuk menjadi Sekretaris Negara untuk Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan.
Dan hanya selang lima tahun, ia menjadi pemimpin kelompok oposisi Inggris, hingga puncak karirnya di tahun 1979 ketika ia terpilih menjadi Perdana Menteri Inggris.
Ia menduduki kursi itu, dan menjadi tangan kanan Ratu Elizabeth ke 2 hingga tahun 1990.
Dalam sepak terjangnya sebagai Perdana Menteri, setidaknya ada lima point yang membuat namanya begitu dikenal di dunia. Kelima catatan itu adalah:
Ia membantu memecahkan langit-langit kaca politik.
Pada saat banyak orang berpikir kemajuan sosial bagi perempuan hanya bisa datang dari politik haluan kiri, Thatcher menunjukkan sebaliknya. Dia tidak hanya menjadi PM perempuan Inggris pertama, namun juga mendapatkan gelar, PM Inggris yang paling tangguh yang pernah menduduki jabatan tersebut.
Meskipun mengorbit dari kalangan konservatif, Thatcher sama sekali tidak alergi membahas persoalan atau isu kesamaan gender: "Di dunia politik, jika anda menginginkan semuanya dikatakan, pilihlah seorang pria, namun jika anda meminta semua hal dilakukan, pilihlah wanita," ujar Thatcher saat itu.
Dia merupakan inspirasi bagi kaum konservatif Amerika.
Thatcher sedikit banyak membantu mengkristalisasi cita-cita hak asasi di Amerika, mengembangkan liberalisasi, pasar bebas, dan hak asasi manusia. Di antara ucapannya, yang menyinggung isu ini adalah, "Sosialisme selalu memiliki masalah, bahwa anda pada akhirnya menghabiskan uang milik orang lain."
"Dia telah menunjukkan dan terus menunjukkan bahwa jika anda tetap pada prinsip-prinsip kebebasan individu dan pasar bebas, anda dapat mengatasi segala tantangan," ujar Luke Coffey, seorang mantan penasihat Pemerintah Inggris.
Inspirasi Thatcher terhadap negeri Paman Sam, sangat terasa, ketika ia menjalin hubungan yang harmonis dengan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan di tahun 1980-an.
"Mereka benar-benar bekerja menggunakan buku pedoman yang sama," kata Arthur Brooks, Presiden Institus Enterprise Amerika.
Dia membangun kemitraan abadi Inggris-AS
Ketika Inggris mengumumkan perang melawan Argentina pada tahun 1982 untuk merebut kembali Kepulauan Falkland yang diduduki, Amerika Serikat (AS) berdiri di samping Inggris, dalam tampilan baru dari hubungan khusus antara kedua negara itu.
Meskipun kedua negara itu menikmati aliansi dekat dalam Perang Dunia II, hubungan itu menjadi usang di sekitar tahun 70 hingga 80an. Hubungan dekat antara Thatcher dan Reagan dinilai banyak membantu mengkilapkan kembali hubungan itu.
Hubungan khusus antara kedua negara telah bertahan melalui dua perang Teluk, invasi Afghanistan dan kampanye melawan al-Qaida.
Dia membantu mengakhiri Perang Dingin.
Thatcher merupakan seorang 'tentara' yang gigih berperang demi negaranya dalam Perang Dingin, kegigihan itulah yang membuatnya mendapat gelar "Wanita Besi" dari media massa Uni Soviet, seteru Inggris dalam perang itu.
Tapi saat ia melihat Mikhail Gorbachev, yang menjadi Perdana Menteri Soviet pada tahun 1985, adalah pemimpin yang berbeda dan seorang sosok yang dapat 'diajak bicara', dia mengambil langkah untuk melobi Reagan yang memiliki pikiran skeptis terhadap Soviet.
Lobi itu berujung dengan ditanggalkannya kekuatan nuklir, dan perang retorika antara Timur dan Barat yang telah memicu Perang Dingin selama beberapa dekade.
Dia Merupakan Perdana Menteri Inggris Terlama
11 Tahun dan 209 hari, itulah lamanya Thatcher menduduki jabatan sebagai Perdana Menteri Inggris, dan menjadikannya sebagai PM terlama yang melayani negaranya sejak Lord Liverpool di awal abad 19.