TRIBUNNEWS.COM – Rencana pemerintah China menggelontorkan dana sebesar 2,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 27 triliun untuk memperingati 120 tahun kelahiran Mao Zedong, membuat banyak rakyat China marah.
Uang sebesar itu akan dikucurkan ke tanah kelahiran Mao dio Shaoshan. Di sana pusat informasi wisata akan direnovasi, begitu pula kediaman asli Mao. Demikian dilaporkan harian Changsa Evening News.
Tak hanya itu, pemerintah juga berencana membangun sebuah stasiun kereta api cepat dan jalan tol baru menuju Shaoshan, demi memukai gelombang wisatawan yang diperkirakan mengungjungi kampung halaman pendiri RRC itu.
Meski rencana kucuran dana miliaran dolar itu dikecam, pemerintah Xiangtan, yang membawahi Shaoshan, mempertahankan kebijakan dan rencana itu. Kepada harian Global Times, pemerintah Xiangtan mengatakan begitu pentingnya peringatan ini maka bisa mengalahkan hal lain untuk saat ini.
Namun, para pengguna internet di China mengecam keras biaya besar yang akan dikucurkan lebih dari 37 tahun setelah kematian Mao Zedong itu.
"Berapa banyak uang yang dikucurkan untuk mengatasi polusi? Berapa banyak uang untuk menyediakan asuransi kesehatan? Berapa banyak uang yang dikucurkan untuk makan siang pelajar di kawasan miskin?" tulis seorang pengguna media sosial Sina Weibo.
"Saya tak percaya pemerintah mengucurkan uang sebesar itu untuk orang yang sudah mati, orang mati yang kontroversial," ujar pengguna Sina Weibo lainnya.
Pengguna lain menyoroti perekonomian Xiangtan yang tak terlalu baik namun bisa mengucurkan dana yang luar biasa besar.
Meski pemerintah Beijing sudah meluncurkan kampanye penghematan anggaran, melarang jamuan makan mewah, dan mengurangi berbagai pengeluaran lain, namun pemborosan masih terus terjadi.
Salah satu yang terbaru adalah pembangunan sebuah menara pengamat berbengtuk ikan raksasa dengan biaya mencapai 7 juta poundsterling atau sekitar Rp 121 miliar.
Dalam sejarah China, nama Mao Zedong kerap dikaitkan dengan berbagai peristiwa misalnya Langkah Maju China dan Revolusi Kebudayaan.