TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 1.900 orang telah tewas akibat wabah ebola yang menghantam Afrika barat.
Demikian pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu (3/9/2014), sambil memperingatkan wabah ebola terburuk ini belum akan berakhir.
Para pakar kesehatan dunia telah meningkatkan peringatan mereka dalam beberapa hari terakhir terkait perlunya para pemimpin dunia mengambil langkah signifikan untuk memerangi epidemi yang terutama menghancurkan Guinea, Sierra Leone dan Liberia.
"Hingga pekan ini, kami mendapatkan laporan telah terjadi 3.500 kasus ebola di Guinea, Sierra Leone dan Liberia. Lebih dari 1.900 orang sudah meninggal dunia dan wabah ini belum berakhir," kata Direktur WHO Margaret Chan di Washington DC.
Angka terbaru merupakan sebuah lonjakan signifikan. Sebab beberapa hari lalu WHO menyatakan terdapat 1.552 kematian dari 3.069 kasus ebola.
Jumlah korban tewas ini bahkan jauh lebih banyak dari korban tewas gabungan wabah-wabah ebola terdahulu.
Chan menambahkan dia berharap respon global terhadap krisis kesehatan ini segera menghasilkan keberhasilan terutama di negara-negara yang paling buruk terkena wabah.
"Dengan respon internasional yang terkordinasi, bantuan dana mengucur, pakar-pakar teknis datang, sehingga kami berharap bisa menghentikan wabah dalam waktu enam hingga sembilan bulan," tambah Chan.
WHO sebelumnya mengatakan membutuhkan dana setidaknya 490 juta dolar AS atau hampir Rp 6 triliun untuk mengendalikan wabah maut ini.
Namun pada saat wabah ini bisa dikendalikan lebih dari 20 ribu orang sudah tertular ebola.
Sementara itu, David Nabarro, kordinator senior PBB untuk ebola, mengatakan total biaya yang dibutuhkan untuk mengendalikan ebola bisa meningkat lebih banyak.
"Biaya bisa mencapai 600 juta dolar bahkan lebih, untuk mendapatkan bantuan yang diperlukan berbagai negara agar situasi ini dapat dikendalikan," kata Nabarro.