Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, HIROSHIMA - Sunao Tsuboi masih ingat jelas kejadian itu, ketika ia masih menjadi seorang mahasiswa berusia 20 tahun di Hiroshima, Jepang. Tubuhnya terlempar ke udara dan terpental hingga sejauh 10 meter, tepat setelah suara ledakan keras terdengar olehnya.
"Kedua tangan saya penuh luka bakar dan seperti ada yang menetes ujung jari-jari saya. Punggung saya sakit sekali," cerita Sunao mengingat ketika bom atom menghantam Hiroshima. Baju dan celananya juga robek saat itu.
Semuanya itu Sunao sadari saat kesadarannya kembali pulih, setelah terlempar akibat ledakan yang ia tak tahu apa dan dari mana datangnya.
Sunao mengaku pandangannya sempat terganggu lantaran asap mengebul di sekitarnya, namun ia bisa menyaksikan orang-orang di sekitarnya menangis minta bantuan dan banyak jenazah korban tewas tergeletak di mana-mana.
"Saya tak tahu sama sekali bahwa itu adalah bom nuklir dan saya terkena radiasinya. Tapi, dari apa yang saya lihat, saya merasa seperti masuk neraka saja."
Insiden ini membuat Sunao harus bolak-balik mendapat perawatan di rumah sakit hingga 11 kali. Beberapa kali ia mendapat vonis hidupnya tak akan lama.
Menjadi satu dari sekian korban selamat dari bom nuklir Hiroshima 6 Agustus 1945, hingga kini Sunao tetap aktif menceritakan pengalamannya itu, demi menghormati korban tewas bom nuklir Hiroshima.
Memperingati 70 tahun bom nuklir Hiroshima, Sunao akan turut melakukan ziarah tahunan ke Hiroshima Peace Park, Kamis (6/8/2015) mendatang.
"Mewakili seluruh korban bom nuklir, saya meminta PM Jepang Shinzo Abe untuk melakukan apapun untuk meniadakan senjata nuklir di dunia. Saya akan terus mendesaknya hingga napas terakhir saya," tandasnya. (The Guardian)