TRIBUNNEWS, DAMASKUS - Langit di atas Laut Kaspia masih gelap ketika empat kapal perang Rusia mengaktifkan silo-silo rudal jelajah (cruise missile) yang berada di geladak.
Beberapa saat kemudian, senjata mematikan tersebut melesat dan membelah gelapnya malam.
Peluru kendali yang dipandu satelit itu terbang dengan ketinggian rendah, menyusuri kontur permukaan bumi, melewati wilayah udara Iran, Irak, sebelum menghantam sasaran mereka: pos-pos ISIS di Suriah.
Informasi yang dilansir kantor berita Rusia Today, keempat kapal yang ikut andil dalam serangan tersebut adalah kapal kelas Gepard frigate Dagestan, serta tiga kapal korvet kelas Buyan-M Grad Sviyazhsk, Uglich dan Veliky Ustyug.
Kapal-kapal perang tersebut "memuntahkan" 26 rudal jelajah Klub dengan target 11 pos ISIS di Suriah.
Misil ini didesain mampu menghantam target sejauh 2.500 km dari posisi peluncurannya.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, pada Rabu (7/10/2015) mengatakan, alat pemantau dan pengawasan Rusia telah merekam akurasi serangan tersebut.
Menurut Sergei, seluruh misil menghancurkan semua posisi teroris ISIS tanpa terjadi korban di kalangan warga sipil.
Serangan terbaru Rusia ini seakan ingin menunjukkan otot si "Beruang Merah".
Pasalnya, operasi militer Rusia kali ini telah menunjukkan berbagai kecanggihan teknologi perang yang diproduksi negara raksasa tersebut, mulai jet tempur, rudal penghancur bunker, hingga rudal jelajah yang presisi.
Kampanye militer yang dilakukan Rusia ini tak pelak mengubah "peta pertempuran" di lapangan.
Dengan dukungan serangan udara Rusia, pasukan pemerintah saat ini dikabarkan mampu mendesak posisi ISIS dan kelompok-kelompok pemberontak lainnya. (Rusia Today)