Terakhir, mereka menyelesaikan penilaian komprehensif dari kecenderungan sadistis yang menilai kecenderungan seseorang terhadap "sadisme sehari-hari".
Hal itu juga melibatkan pemeringkatan dengan skala seberapa banyak mereka setuju atau tak setuju dengan pernyataan seperti, "Ketika mengolok-olok seseorang, rasanya lucu ketika mereka menyadari apa yang saya lakukan." "Saya menikmati menyiksa orang lain."
Eksperimen sama dengan sampel 450 orang dilanjutkan yang kemudian mengonfirmasi penemuan pertama.
"Preferensi rasa pahit secara umum muncul sebagai pemrediksi kuat akan Machiavellianisme, psikopati, narsisme dan sadisme sehari-hari," kata periset dalam jurnal Appetite.
Keramahan, sejauh mana seseorang itu baik, simpatik dan kooperatif terkorelasi negatif dengan preferensi rasa pahit.
Kendati periset tidak meneliti kenapa orang dengan ciri-ciri ini memilih makanan pahit, mereka menduga mereka mengalami sejenis "sensasi" dari makanan pahit itu.
Dalam tanaman pahit dan liar cenderung mengeluarkan sinyal bahwa mereka beracun.
Itulah kenapa banyak dari kita tak suka dengan rasa pahit.
Tetapi bagi orang dengan ciri sadistis, makan makanan pahit mungkin dapat dibandingkan dengan naik rollercoaster, di mana mereka menikmati hal-hal yang menakutkan.
Demikian kata peneliti Christina Sagioglou.
"Kami menemukan korelasi kuat dengan sadisme sehari-hari," katanya.
Sadisme keseharian ini terkait dengan Masochisme jinak, yang pertama dideskripsikan dan diteliti oleh psikolog Paul Rozin.
"Mengutip Paul Rozin untuk penjelasannya, untuk kasus makanan yang tak disukai, mungkin ada kesenangan dari fakta bahwa tubuh kita memberi sinyal penolakan tetapi orang itu tahu tak ada ancaman nyata," kata Sagioglou. (Dhorothea).