Dua bersaudara ini hidup dan tinggal di jalanan Beirut bersama ayah mereka. Cara hidup ini telah mereka tempuh hampir satu tahun lamanya. Ketika tidur, mereka saling memeluk satu dengan yang lainnya untuk mencari kehangatan.
Keluarga ini berasal dari Damaskus, dan melarikan diri ke Beirut setelah sebuah granat membunuh ibu dan saudara lelaki mereka.
Abdullah (5)
Abdullah bisa tertidur di sebuah kasur kotor di luar stasiun kereta api di Belgrade, Serbia.
Ia terlihat masih shock jika mengingat pembunuh saudara perempuannya, Daraa. Kondisi Abdullah kini tidak dalam kondisi baik, tapi ibunya tak punya uang untuk pengobatannya.
Amir (20 bulan)
Amir, sekarang berusia 20 bulan, belum berbicara sepatah kata pun. Ibunya percaya bahwa ia mungkin telah mengalami trauma sejak dalam kandungan.
Mereka kini tinggal di sebuah tenda plastik di sebuah kamp pengungsian di Zehle, Lebanon. Meskipun tak berbicara, ibunya mengaku, Amir banyak tertawa.
Mereka, anak-anak itu adalah sedikit saja dari jutaan anak-anak korban perang, yang jangankan memikirkan masa depan, mencari tempat tidur saja sulit. Apa pun alasannya, perang tidak bisa dibenarkan!