News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Anak-anak Kembali Jadi Korban Bom Bunuh Diri ISIS

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga dan pasukan kemanan Irak berkumpul di lokasi bekas ledakan bom bunuh diri Balad Ruz, Provinsi Diyala

TRIBUNNEWS.COM, BAGHDAD - Sebuah bom mobil yang diklaim kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Baquba, ibu kota Provinsi Diyala, Irak timur, sehingga sedikitnya 16 orang tewas, Senin (9/5/2016).

Polisi dan paramedis mengatakan, ledakan itu juga melukai 54 orang.

Pengebom meledakkan dirinya di dekat sebuah toko roti dan sebuah restoran di pusat kota Baquba.

Kantor berita Amaq, yang mendukung ISIS, mengatakan, seorang pengebom bunuh diri telah suskses menyerang pejuang dari milisi Muslim Syiah di Baquba. Diyala berada di perbatasan dengan Iran.

Namun, sumber mengatakan, korban tewas terbanyak dari serangan bom bunuh diri di dekat sebuah restoran dan toko roti itu adalah anak-anak yang sedang duduk makan.

Para pejabat Irak menyatakan, pasukan pemerintah telah berhasil mengusir ISIS dari Diyala lebih dari setahun silam.

Pencapaian itu terjadi setelah pasukan keamanan dan milisi Syiah mengusir mereka dari kota dan desa di Diyala, termasuk dari Baquba.

Namun, para pemberontak tetap aktif dan elemen milisi Syiah dituduh telah melakukan kekerasan sektarian.

Perang melawan ISIS telah memperburuk konflik sektarian yang telah lama terjadi Irak, yang melibatkan kelompok mayoritas dan minoritas.

Bom bunuh diri di Baquba dan kota terdekat pada Januari lalu telah memicu serangkaian serangan yang tampaknya merupakan balasan terhadap kelompok minoritas melawan mayoritas.

Kekerasan sektarian juga mengancam akan merusak upaya yang tengah dirintis oleh Perdana Menteri Haider al-Abadi, seorang Muslim Syiah moderat, untuk mengusir kelompok militan dari daerah di utara dan barat yang diduduki senjak tahun 2014.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini