Kalau ada yang bertanya, bagaimana JAS-39C dan Su-27/ J-11 bisa berlaga walaupun sistem avioniknya beda, jawabannya adalah karena dukungan dari AU Tiongkok.
Sebulan sebelum pelaksanaan, teknisi AU Tiongkok datang khusus untuk memodifikasi sistem ACMI (Air Combat Maneouvering Instrumentation) milik RTAF agar mampu mendeteksi pesawat Blok Timur dan kedua pesawat dapat berinteraksi, adu ilmu dan kemampuan terbaiknya.
Yang mengejutkan, dalam skenario dogfight 1 lawan 1, JAS-39C yang digunakan RTAF berhasil mengungguli J-11 tanpa balas, dengan skor 4-0.
Ini merupakan suatu kejutan besar mengingat selama ini JAS-39C memiliki imej underdog, kalah tenaga, kemampuan gotong senjata, dan jarak jangkau dari J-11 (Su-27) yang dianggap sebagai pesawat tempur garis depan terbaik saat ini.
Hal ini tentu akan membuat fans dari keluarga Flanker dan penganut aliran RRC Stronk akan menangis melihat jagoannya diayam-ayamin oleh Gripen.
Padahal dalam briefing, setiap pilot RTAF tidak diharuskan menang; dari sisi Thailand tujuan latihan adalah untuk evaluasi dan menemukan kelemahan pada sistem senjata Blok Timur seperti J-10 dan Su-27/ J-11.
Pilot-pilot Thailand mengakui bahwa pilot Tiongkok hebat, tetapi J-11 yang mereka bawa kelihatannya adalah versi awal yang masih menggunakan sistem analog,
Hal ini jauh tertinggal dari avionik JAS-39C Thailand yang sudah menggunakan avionik terbaru termasuk Helmet Mounted Sight.
Hal ini memberikan keunggulan terutama pada skenario dogfight dimana pilot Gripen dapat melakukan kuncian secara off boresight.
Reaksi pilot penunggang JAS-39C pun tentu lebih baik dari pilot J-11.
Keunggulan yang sama juga dicatatkan Gripen dalam simulasi pertempuran BVR (Beyond Visual Range).
Betapapun, hasil dari Falcon Strike ini akan terus diperdebatkan, sama ketika Su-30 yang digunakan AU India berhasil mengungguli F-15C dalam latihan gabungan AU AS dan AU India.
Atau kisah mengenai Eurofighter 2000 AU Jerman yang berhasil mengalahkan F-22 dalam simulasi di tahun 2012.
Mengatakan bahwa pesawat A unggul dari pesawat B terutama dalam simulasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.