Hasil survei BBC mengungkapkan sekitar 52 persen warga Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, sementara sisanya memilih bertahan menjadi anggota Uni Eropa.
Warga London dan Skotlandia memilih untuk tetap di dalam Uni Eropa, tetapi warga Inggris di wilayah utara menunjukkan hasil sebaliknya.
Adapun pemilih di Wales dan Inggris mendukung Brexit (keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa).
Hasil ini membuat pasar bereaksi yang ditandai turunnya nilai mata uang Inggris, Poundsterling ke level terendah terhadap dolar Amerika sejak tahun 1985.
Hasil referendum menyatakan, Inggris akan melepaskan keanggotaannya di Uni Eropa (UE) selama 43 tahun ini.
Keputusan bersejarah itu dispekulasikan akan menimbulkan efek domino di penjuru Eropa. Termasuk menjadi efeknya adalah desakan serupa di negara-negara lain di Eropa untuk keluar dari Uni Eropa.
Seperti yang terjadi di Perancis, di mana anggota partai nasionalis di negara itu menyerukan agar referendum yang sama digelar di Perancis.
Partai Front Nasional Perancis (FN) yang beraliran Euroskeptis memang sudah lama menentang Uni Eropa dan kini semakin gencar menyuarakannya.
Wakil Ketua FN Florian Philippot mengucapkan selamat atas keputusan Brexit yang menang di Inggris dan kebebasan melalui Twitter.
John McDonnell dari Partai Buruh mengatakan Bank Sentral mungkin harus campur tangan untuk meningkatkan kembali nilai Poundsterling.
Pemimpin Partai Independen (UKIP) Nigel Farage--yang berkampanye 20 tahun terakhir agar Inggris meninggalkan Uni Eropa--mengatakan "ini kemenangan untuk rakyat biasa". (tribun/ruth/The Guardian/Telegraph)