News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Melawan Islamofobia dengan Humor

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nihad Awad, Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Islam Amerika Serikat (CAIR), berbicara dalam sebuah konferensi pers.

TRIBUNNEWS.COM, CLEVELAND - Dewan Hubungan Islam Amerika Serikat (CAIR), yang biasanya serius, mencoba pendekatan humor untuk mengambil hati pendukung Partai Republik.

Langkah itu dilakukan menjelang konvensi nasional Partai Republik yang berlangsung pekan ini di Cleveland, Ohio, seperti dilaporkan Voice of America, Sabtu (22/7/2016).

Para anggota CAIR membagikan paket-paket obat mainan yang dinamakan "Islamophobin," untuk mengobati Islamofobia.

Islamophobin, yang sebetulnya hanyalah permen karet biasa, menjanjikan kesembuhan untuk "intoleransi buta, kefanatikan tanpa dasar, ketakutan yang tidak rasional terhadap Muslim, (dan) pencarian kambing hitam dalam tahun pemilihan Presiden AS."

Pada hari pertama konvensi Partai Republik, Senin (18/7), untuk menominasikan Donald Trump untuk pilres pada 8 November nanti, para pemimpin CAIR mendesak partai itu untuk tidak membuat para pemilih Muslim menjauh.

Trump telah mengusulkan larangan sementara bagi Muslim memasuki AS. Ia menolak masuknya pengungsi dari perang Suriah, dengan mengatakan bahwa para militan mungkin ada di antara mereka.

Trump juga telah membuat klaim-klaim, yang tidak terbukti, bahwa ribuan Muslim di New Jersey secara terbuka bersorak-sorai saat serangan 11 September 2001 terjadi.

Dalam wawancara yang disiarkan di CNN, Senin, istri Trump, Melania, mengatakan bahwa suaminya: "Bukanlah seorang yang rasialis, ia tidak anti-imigran".

Melania juga menambahkan,  Trump "ingin membuat AS aman."

Direktur Eksekutif CAIR Nihad Awad mendesak Partai Republik untuk merangkul para pemilih Muslim, dengan mengatakan mereka bisa menjadi faktor penting di negara-negara bagian dengan massa mengambang (swing states) yang menentukan dalam pilpres.

"Terlalu sering dalam kampanye kali ini, kandidat-kandidat calon presiden Republik mengikuti keinginan para pemimpin Islamofobia dan para pendukungnya, dengan usul-usul seperti patroli di daerah-daerah Muslim, pengawasan dan penutupan masjid, dan mempertanyakan secara terbuka apakah Muslim bisa menjadi presiden," ujar Awad.

Sebagai resep pengobatan, Awad menawarkan Islamophobin, konsep yang dipinjamnya dari komunitas Muslim di Swedia yang menciptakan produk serupa.

CAIR menjual paket berisi 12 'obat' tanpa gula seharga 1,99 dollar AS di amazon.com.

Paket itu bertuliskan: "Makan dua dan berbicara dengan seorang Muslim setiap pagi."

Namun ada peringatan dalam paket tersebut. "Mereka yang sudah meyakini keberagaman agama, toleransi dan saling pengertian tidak perlu mengkonsumsi produk ini," menurut tulisan di paket itu.

Selain itu, "Berhenti menggunakan produk ini jika timbul perasaan hangat terhadap Muslim, imigran atau pengungsi."

Tak jauh dari tempat Awad, para demonstran mencoba membayangi pidato Rose Hamid, perempuan yang diusir dari kampanye Trump di South Carolina, Januari karena protes diamnya, dengan berdiri mengenakan kerudung dan kaos bertuliskan, "Salam, saya datang dengan damai."

Saat Hamid berbicara mengenai hidup berdampingan secara damai di sebuah podium di Public Square yang memang diperuntukkan untuk pidato, sekelompok kecil orang di belakangnya mengacung-acungkan papan, yang mencemooh.

Ketika mereka mencoba menenggelamkan suara Hamid dengan terompet, ia berbalik dan melihat mereka untuk pertama kalinya sambil berkomentar, "Oh, mereka sungguh manis."

Polisi kemudian meringkus mereka karena berdemonstrasi tanpa izin.(pascal S Bin Saju/VOA Indonesia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini