TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Seusai wafatnya raja Bhumibol Adulyadej pasar saham Thailand langsung anjlok dan merosot tajam ke level 6,8 persen.
Diprediksi kondisi negeri gajah putih sepeninggalan Bhumibol akan mengalami krisis politik.
Meski Vajiralongkorn adalah putra satu-satunya Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit serta junta militer Thailand juga mendukungnya, akan tetapi sosoknya sangat berbeda dengan sang ayah yang sangat dihormati dan dicintai rakyat Thailand.
Sejumlah diplomat, seperti dikutip The Economist, menyebut sang pangeran sebagai sosok yang tak bisa diprediksi dan memiliki kehidupan pribadi yang eksentrik.
Tak seperti ayahnya yang mempraktikkan monogami, Vajiralongkorn menikahi istri ketiganya pada 2001.
Berbagai video dan foto kehidupan eksentrik sang pangeran kerap beredar di dunia maya. Tak hanya gaya hidupnya yang eksentrik, sang pangeran dikenal dekat dengan Thaksin Shinawatra dan hal ini bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.
Thaksin yang dikudeta pada 2006, diduga memberikan uang dalam jumlah besar kepada sang pangeran.
Thaksin kini tinggal di Dubai tetapi masih kerap berhubungan dengan sang pangeran.Dalam 10 tahun terakhir, militer telah dua kali melakukan kudeta.
Dan di saat itu, Raja Bhumibol memainkan peranan sebagai penjaga keseimbangan kekuatan di tengah situasi politik Thailand yang rapuh.
Tan dan Leather berargumen ketegangan bisa saja terjadi usai sang raja meninggal dunia.
Pasalnya, jika kondisi politik Thailand memanas maka kondisi itu bisa mengganggu ekonomi Thailand yang mulai membaik pasca-kudeta pada 2014.
Di sisi lain, rivalitas antara pendukung Thaksin (kaus merah) dan pendukung monarki yang menentang Thaksin (kaus kuning), bakal terselip di antara isu suksesi. Sebagian besar anggota kelompok kaus kuning, seperti ditulis The Diplomat, tak menyukai sang putra mahkota.
Kelompok pendukung monarki ini lebih mendukung jika Putri Maha Chakri Sirindorn yang naik tahta.
Situasi bisa bertambah rumit jika junta militer yang berkuasa dan semakin kuat pasca-referendum, mengambil kesempatan saat raja meninggal dunia dengan dalih menjaga stabilitas.
Langkah yang diambil ini termasuk saat Dewan Penasihat menjalankan mandatnya untuk menempatkan pemimpinnya, Prem Tinlasunonda, sebagai kepala negara sementara pasca-kematian raja.
Banyak kalangan juga khawatir, jika Pangean Vajiralongkorn menguasai tahta maka sistem politik Thailand yang rapuh akan semakin tidak stabil.
Rakyat Thailand sangat wajar jika mengkhawatirkan masa depan kerajaan, apalagi militer adalah kekuatan paling berpengaruh di dalam politik negeri itu.
Selama ini, keluarga kerajaan Thailand bisa mempertahankan kekuasaan dan legitimasi dengan "mendukung" kudeta militer terhadap pemerintahan yang dipilih rakyat.
Sepanjang masa kekuasaannya, Raja Bhumibol sudah menyaksikan 17 kali kudeta militer, termasuk terhadap PM Thaksin Shinawatra pada 2006 dan PM Yingluck Shinawatra pada 2014.
Sementara itu, Serhat Unaldi, peneliti Jerman yang menulis buku tentang kerajaan Thailand berpendapat, posisi Vajiralongkorn sebagai raja di masa depan sudah dipastikan.
"Tak ada alternatif lain selain Vajiralongkorn. Berdasarkan aturan suksesi kerajaan, dia adalah pewaris tahta yang sah," kata pengarang buku Working Towards the Monarchy: The Politics of Space in Downtown Bangkok itu.(Diplomat/BBC/Business Insider)