TRIBUNNEWS.COM, DHAKA -– Seorang wanita tua, yang diyakini sebagai seorang sufi oleh para pengikutnya di Banglades, ditemukan tewas dengan luka sayat di lehernya.
Polisi Banglades, Senin (30/1/2017), mengatakan, wanita tua berusia 72 tahun itu menjadi korban terbaru di tengah gelombang serangan bermotif agama.
Menurut kepala polisi setempat, Faruqul Alam, mayat wanita bernama Nurjahan Begum, tersebut, ditemukan di rumahnya di Dhaka, ibu kota Banglades, Minggu (29/1/2017).
"Tenggorokannya digorok,” kata Faruqul sebagaimana dilaporkan kantor berita Agence France-Presse.
Wanita tua itu dianggap sebagai "pir", atau pemimpin sufi, oleh pengikutnya yang membangun rumahnya dan menyumbangkan makanan dan uang tunai, kata koran berbahasa Inggris, Daily Star.
Namun, polisi setempat mengatakan, wanita tua itu bukan pemimpin sekte mistis Islam.
Polisi mengatakan, wanita itu dalam kondisi tidak stabil secara mental, namun banyak pengikut yang percaya bahwa dia memiliki kekuatan supranatural.
Sejak 2013 hingga sejauh ini, setidaknya sudah 14 pemimpin sufi yang ditemukan tewas dengan kondisi tenggorokan mengalami luka gorok.
Polisi Banglades telah menuding kelompok ekstremis Islam lokal sebagai penyerang terhadap para Sufi.
Kelompok radikal menuding Sufisme sebagai bidaah dan menarget para pemimpin sufi.
Salah satu kasus terburuk dialami seorang ulama sufi, anaknya dan empat pengikutnya, yang ditemukan tewas dengan luka gorok pada masing-masing leher korban di rumah mereka di Dhaka.
Negara berpenduduk 160 juta jiwa, dengan mayoritas ada Muslim, sebenarnya telah pulih dari gelombang serangan terhadap orang asing, aktivis hak-hak, dan anggota minoritas agama.
Kelompok Kelompok garis keras yang menamakan diri Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dan Al Qaeda telah mengklaim bertanggung jawab atas kekerasan mematikan terhadap pemimpin sufi.
Pemerintahan sekular Perdana Menteri Sheikh Hasina telah menuding kelompok militan lokal sebagai pihak yang bertanggung jawab dan mengabaikan keterlibatan ISIS dan Al Qaeda.
Pasukan keamanan telah melancarkan perang terhadap kelompok ekstremis menyusul serangan mematikan di sebuah kafe pada Juli 2016 yang menewaskan 22 orang, termasuk warga asing.
Sejak insiden pada Juli lalu itu, setidaknya aparat keamanan telah membunuh sekitar 50 ekstremis, termasuk pemimpin Jamayetul Mujahideen Bangladesh (JMB), sebuah kelompok lokal yang didirikan oleh para militan yang dilatih oleh militan Afganistan.