"Anda hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya. Saya ingin melihat detail yang memungkinkan saya untuk memahami kebenaran. Itu bukan Tiziana saya," katanya, ia yakin bahwa putrinya berada di bawah pengaruh obat-obatan.
Ia yakin bahwa penyebaran video tidak terjadi secara kebetulan.
"Seolah-olah ini direncanakan, rencana kriminal. Mereka hanya ingin menunjukkan wajah gadis malang ini, dengan maksud mengekspos dirinya di internet."
Secara khusus, Giglio ingin mantan pacar putrinya, Di Palo, menjelaskan apa perannya dalam penyebaran video tersebut.
"Ia tidak membantu saya untuk menyelamatkan hidupnya. Namun, mungkin ia bisa membantu saya mendapatkan kebenaran. Saya putus asa," ujarnya.
Pada bulan November 2016, jaksa menanyai Di Palo selama 10 jam. Mereka ingin tahu apakah ada orang yang bersalah menghasut Tiziana agar bunuh diri. Di Palo menolak permintaan BBC untuk wawancara.
"Kami menahan diri untuk berkomentar karena kami menghormati Tiziana, perempuan malang yang sangat menderita karena publisitas yang sangat besar," kata Bruno Larosa, pengacara Di Paolo.
"Kami percaya pengadilan dan harus dicatat bahwa klien saya tidak dituduh apa-apa," ujarnya.
Warisan kematian
Buntut dari kasus bunuh diri Tiziana Cantone ini, nada perdebatan Italia tentang pornografi dan privasi ini berubah.
"Saya pikir kasus ini telah melahirkan suatu perbedaan, cukup drastis, terhadap cara pewarta Italia memberitakan kasus balas dendam pornografi," kata komentator sosial, Selvaggia Lucarelli.
"Biasanya, mereka menggunakan pendekatan yang sangat bebas, tetapi kematiannya (Tiziana) telah mengubah hal itu. Dalam kasus berikutnya, salah satunya melibatkan selebriti, mereka jauh lebih hati-hati," ucapnya.
Namun, ada juga sebuah pelajaran yang dipetik bagi siapa pun yang memilih untuk membagikan video intim secara daring.
"Orang-orang pikir kehidupan virtual dan kehidupan nyata mereka adalah kenyataan paralel," ujar Lucarelli.
"Tidak, bukan itu. Mereka saling berkelindan. Situs adalah hidup kita. Jadi, apa pun yang Anda tidak lakukan dalam kehidupan nyata Anda tidak harus lakukan secara online."
Video Tiziana memang sudah tidak ditemukan lagi di mesin pencari, tetapi video itu tetap masih ada.
Ibunya ingin Italia dan negara-negara Uni Eropa sepakat mempercepat pengahapusan materi pribadi dari internet dan membuat perusahaan internet bertindak secara bertanggung jawab.
"Saya berbicara atas nama ibu-ibu lain yang mungkin menderita seperti saya," katanya.
Antonello Soro, figur yang memperjuangkan hak privasi di Italia, setuju hal-hal ini harus berubah, tetapi tidak menentukan apa yang mungkin dilakukan pemerintah.
"Kami perlu mekanisme cepat tanggap yang lebih cepat dari platform online yang berbeda, tetapi perlu juga meningkatkan rasa hormat terhadap individu lain di dunia maya," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Kami perlu investasi yang kuat dalam pendidikan digital untuk mempromosikan budaya dan kepekaan yang cukup untuk dunia online baru."
Bagi ibu Tiziana, hidupnya ia curahkan untuk berjuang membela nama baik putrinya dan mencegah orang lain menderita nasib yang sama.
"Saya harap nama Tiziana Cantone menjadi nama yang bisa menyelamatkan nyawa perempuan lain, setelah selama ini menjadi olok-olokan. Saya ingin ini terjadi untuk menyelamatkan orang-orang lain."