Tak heran tangan Tsuneo pun sangat merah seperti kepiting rebus.
"Sudah biasa saya begini ya sudah dijalani puluhan tahun ya, paling juga sedikit-sedikit terbakar kulit karena tersentuh mesin cetak panas ini, tapi tak pernah sekali pun sampai kejepit mesin cetak ini. Itu repot urusannya kalau sampai kejepit mesin panas sekali ini," paparnya sambil tersenyum.
Itulah kerjanya selama puluhan tahun, membuat kulit monaka yang tak ada rasanya namun renyah dan enak seperti diberikan satu kulit monaka kepada Tribunnews.com, "Hati-hati panas lo," tekannya mengingatkan.
Panas memang karena baru jadi, tapi enak sekali kulit monaka yang garing ini walau tak ada rasanya, hanya rasa mochi, beras ketan Jepang yang kering gurih saja.
Dari penutup monaka itulah, toko Wagashi memasukkan bahan lain sesuai keinginan tamu atau pemesan, umumnya kacang azuki atau kacang merah Jepang yang manis dan berbentuk seperti selai kental sekali.
Ada pemesan dari Indonesia?
"Belum ada, tetapi bisa pesan lewat internet. Kalau lewat toko hanya di sini saja," jelasnya lagi.
URL tokonya mudah diingat karena nama perusahaannya, http://maruishoten.co.jp/. Semua berbahasa Jepang. Jadi bagi yang tak mengerti bahasa Jepang sebaiknya bersama teman yang mengerti bahasa Jepang untuk pemesanan kulit monaka tersebut.