Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang didirikan China 25 Desember 2015 oleh Hu Jintao dan kini Presiden AIIB dipegang Liqun Jin, bukanlah lembaga finansial yang bersaing dengan Asian Development Bank (ADB) seperti banyak diisukan selama ini.
"Kebutuhan pembangunan di Asia Pasifik (Aspas) besar sekali saat ini, dengan infrastruktur saja 1,7 triliun dolar AS," kata Bambang Susantono (53), Vice-President ADB untuk manajemen pengetahuan dan pembangunan berkelanjutan kepada Tribunnews.com, Sabtu (6/5/2017).
Selain ADB dan AIIB, menurut Bambang masih banyak lembaga finansial dunia lain seperti Bank Dunia.
"Bahkan ada ide akan buat Islamic Development Bank hanya Aspas saja," tambahnya.
Dengan demikian menurutnya, AIIB bukanlah saingan ADB.
"Kenyataan yang ada bahkan ADB bekerjasama dengan AIIB dalam beberapa proyek. Bahkan Presiden ADB sudah bertemu 9 kali dengan Presiden AIIB. Demand sedemikian besar sehingga tak mungkin lembaga multilateral berdiri sendiri," kata dia.
"AIIB tidak sama dengan ADB," ungkap Bambang.
"ADB mengisi ruang-ruang yang belum terisi, co financing bekerjasama. Dulu bahkan Presiden AIIB sekarang adalah VP ADB. Jadi kita kerja sama baik sekarang," kata dia.
Jika dari segi politik hubungan Jepang-China saat ini agak tegang, tidak demikian menurut Bambang di bidang lembaga finansial ini.
"ADB tidak melihat soal politik hanya lembaga pendanaan finansial, mendapat mandat dari 67 anggotanya termasuk Jepang, Amerika Serikat, Australia, China, India dan Indonesia. ADB fokus dalam finansial dan tidak melulu infrastruktur. Ada kesehatan, pendidikan, proteksi sosial dan sebagainya," jelas Bambang.