Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, MINDANAO - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan darurat militer atas penyerbuan sebuah kota di Filipina oleh sebuah kelompok militan aliansi ISIS.
Kota Marawi, Mindanao, Filipina, menjadi sasaran 15 pria bersenjata dari kelompok pemberontak bernama Maute.
Kelompok tersebut menyerbu kota dan menewaskan tiga anggota militer.
Akibatnya, ratusan ribu warga di sana terancam nyawanya dan diminta untuk berlindung di rumah masing-masing.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan konflik mematikan terjadi saat otoritas setempat menggerebek sebuah rumah tempat seorang pemimpin kelompok Abu Sayyaf sekaligus pemimpin ISIS di Filipina bersembunyi.
Delfin Lorenzana meyakini pria bersenjata itu bisa saja jumlahnya mencapai lebih dari 100 orang.
Sejauh ini, para militan itu dikatakan sudah menjajah sebuah rumah sakit, sebuah penjara, dan membakar banyak bangunan, termasuk sebuah gereja.
Atas itu, Duterte memberlakukan darurat militer di seluruh daerah selatan Provinsi Mindanao yang menjadi rumah bagi 200 ribu orang Filipina.
"Rakyat Filipina, Anda akan mengalami darurat militer. Tidak akan jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Presiden Marcos," kata Duterte, Rabu (24/5/2017).
Juru Bicara Kepresidenan Ernesto Abella mengatakan darurat militer akan berlaku kurang lebih selama 60 hari.
Namun, Duterte mengatakan bisa saja diberlakukan hingga setahun ke depan.
Sejauh ini, kemiliteran dinilai telah mengambil kendali penuh atas Marawi dan rencananya pasukan akan ditambah dari wilayah-wilayah lain seperti Zamboanga dan Manila.
Maute diketahui sebagai kelompok yang didukung ISIS yang dianggap radikal karena didirikan tokoh-tokoh Front Pembebasan Rakyat Moro (MILF).
Kelompok tersebut juga diketahui terlibat dalam berbagai serangan teror di wilayah Mindanao tahun lalu. (Independent/News.com.au)