Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan sosialisasi di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, Minggu (23/7/2017) dalam upaya menekan radikalisme yang ada di Indonesia.
"Kita lakukan pendekatan komprehensif baik lunak maupun keras termasuk kerja sama internasional, untuk mengantisipasi radikalisasi yang terjadi saat ini," kata Yuniar Ludfi, Direktur Konvensi dan Perangkat Hukum Internasional BNPT.
Yuniar juga mengingatkan ada tenaga kerja Indonesia di Hong Kong ternyata digunakan akun banknya untuk hal-hal tidak semestinya.
"Oleh karena itu kita mesti hati-hati dalam penggunaan dan pemeliharaan akun bank khususnya bagi kita yang ada di luar negeri. Jangan sampai nanti malah dimanfaatkan oleh kalangan terorisme," kata Yuniar.
Perintah jihad dari ISIS juga muncul untuk pembunuhan di negara sendiri termasuk orang BNPT juga masuk ke dalam daftar mereka untuk pembunuhan.
"Contohnya pembunuhan polisi di Medan dan di Jakarta belum lama ini dilakukan oleh orang yang telah direkrut ISIS untuk berjihad di negara sendiri," ujar Yuniar.
Baca: Baru Dipamerkan Sehari, Tiga Keris Milik Ki Pramono Jati Kembali ke Rumah Tanpa Sepengetahuannya
Sekitar 500 warga Indonesia menurutnya juga telah tergabung bersama ISIS saat ini.
Anak SMP di Sukabumi mengkafirkan orangtuanya karena belajar dari internet.
"Syukurlah pihak BNPT telah berhasil membimbingnya sehingga sadar kembali ke jalan yang benar dan dia mengakui bersalah belajar hak yang salah dari internet," katanya.
Selain itu diceritakan pula ada eselon dua otoritas Batam bersama keluarganya bergabung dengan ISIS akhirnya sadar merasa dibohongi dan kembali ke Indonesia.
Sementara itu survei Setara tahun 2016 terhadap pelajar SMA di Jakarta dan Bandung dengan hasil 2,4 persen siswa adalah radikal dan 0,3 persen berpotensi radikal.
"Yang 2,4 persen itu bahaya sekali kalau tak dinetralisasi," kata Dadang Hendrayuda, Kepala Bidang Umum BNPT.
Pihak BNPT juga membagikan buku panduan anti terorisme dan radikalisme kepada masyarakat Indonesia di Jepang.
Yuniar mengaku baru pertama kali ke Jepang dan akan bertemu dengan pihak anti terorisme setingkat BNPT yang ada di Jepang Senin mendatang dan Selasa pagi akan kembali ke Indonesia.
"Indah sekali Jepang ini dan juga canggih dalam antisipasi terorisme dengan teknologinya yang juga menunjang semua itu. Kita bisa banyak belajar pula dari Jepang dalam antisipasi terorisme," kata dia.
Sementara Wakil Duta Besar Ben Perkasa Drajat berharap agar sosialisasi tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia di Jepang.
"Kita lihat terorisme sudah semakin membahayakan dan dengan kedatangan BNPT ke Tokyo ini berharap masyarakat Indonesia di Jepang dapat semakin banyak belajar mengenai antisipasi terhadap terorisme meskipun berada di luar Indonesia sekali pun," kata Ben.