TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Amerika Serikat (AS) menerbangkan dua pesawat pembom B-1B untuk menunjukkan kekuatan tempur udara AS, hari Minggu (31/7/2017). Ini sebagai balasan setelah Korea Utara (Korut) melakukan uji coba rudal, Jumat (28/7/2017) lalu.
Sebelumnya Korut mengatakan telah berhasil melakukan uji coba peluncuran rudal balistik antar benua sebagai pembuktian kemampuannya untuk bisa menyerang AS. Pernyataan Angkatan Udara AS menyebut, penerbangan pesawat pembom ini merupakan tanggapan dari uji coba rudal yang dilakukan Korut.
Pesawat pembom ini berangkat dari pangkalan udara AS di Guam untuk bergabung dengan jet tempur Jepang dan Korea Selatan untuk melakukan latihan bersama.
"Korea Utara menjadi ancaman yang paling mendesak bagi stabilitas regional," ujar komandan Angkatan Udara Pasifik Terrence J. O'Shaughnessy dalam pernyataan tersebut.
China sebagai sekutu utama Korut menentang peluncuran rudal Korut tersebut lantaran melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirancang untuk melarang program nuklir dan rudal Korut.
Kementerian Luar Negeri China mengeluarkan pernyataan bahwa semua pihak diharapkan bertindak hati-hati untuk mencegah ketegangan yang terus meningkat.
Presiden AS Donald Trump dalam cuitannya di Twitter mengungkapkan kekecewaannya terhadap China. Menurut Trump, China hanya berbicara tapi tidak berbuat apa-apa untuk menyelesaikan masalah ini. Padahal China sebenarnya bisa dengan mudah menyelesaikannya.
Dikutip Reuters, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah berbicara dengan Trump hari ini (31/7) dan setuju untuk mengambil langkah lanjutan, meski tidak merinci lebih jauh. Mereka berusaha bersama-sama dengan kekuatan dunia lainnya untuk menemukan solusi damai.
"Masyarakat internasional termasuk Rusia dan China perlu menanggapai serius masalah ini dan meningkatkan tekanan terhadap Korut," ujar Abe.
Reporter Rizki Caturini