Bendungan itu diharapkan bisa mengairi lebih dari 1,8 juta hektar lahan, terutama di derah rawan kekeringan di Rajasthan dan Maharashtra. Ini juga akan menyediakan air minum untuk hampir 10 ribu desa dan 131 pusat kota, dan menghasilkan listrik lebih dari 1.400 megawatt setiap tahunnya.
Perdana Menteri Modi meresmikan bendungan itu dan mendedikasikannya untuk negara ini. Tapi masyarakat yang tinggal di daerah itu jauh dari bahagia.
Mereka telah melakukan demonstrasi selama puluhan tahun,mulai dari mogok makan hingga aksi duduk. Saat ini mereka sedang melakukan demonstrasi berbahaya yang dikenal dengan Jal Satyagraha atau perjuangan dalam air. Mereka duduk dalam genangan air setinggi bahu.
“Orang-orang di lembah Narmada menolak untuk pergi tanpa kompensasi penuh dan pemukiman kembali. Mereka sudah bertekad akan menghadapi banjir tapi tidak akan menyerah. Mereka akan melakukan Jal Satyagraha atau perjuangan dalam air dan memperjuangkan kebenaran. Kami menginginkan pembangunan bukan kehancuran. Kami akan berjuang dan menang,” tekad Patkar
Sebagian besar yang terdampak oleh bendungan ini adalah petani dan Adivasi atau masyarakat adat. Mereka diminta mengosongkan rumah dan pindah ke tempat penampungan sementara yang disediakan oleh pemerintah negara bagian. Tapi mereka menolak untuk meninggalkan tanah, mata pencaharian dan rumah mereka.
Chandra Shekhar adalah salah satu dari yang tetap tinggal meski desanya Sudol mulai tenggelam.
“Kami kehilangan tanah dan mata pencaharian dan tidak mendapat kompensasi yang memadai. Tempat penampungan itu tidak punya fasilitas dasar. Kami harus mengeluarkan uang sekitar dua ratus juta rupiah untuk membangun rumah. Tapi kompensasi yang diberikan tidak setara. Kami hanya mau pindah ke tempat yang punya fasilitas dan sumber penghidupan,” tutur Shekhar.
Seiring bendungan perlahan terisi, penduduk desa masih menunggu kompensasi yang dijanjikan dan tawaran pemukiman kembali.