TRIBUNNEWS.COM, RIYADH - Beredar kabar bahwa Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud akan menyerahkan tahta ke Putra Mahkota Muhammad bin Salman pada pekan depan.
Kabar yang belum dikonfirmasi itu beredar di kalangan awak media Inggris, Kamis (16/11/2017).
Seorang sumber yang mengaku dekat dengan keluarga kerajaan Inggris menyampaikan kabar tersebut kepada Daily Mail.
Menurut sumber tersebut, Raja Salman nantinya akan tetap menjadi pemimpin negara, namun tugasnya hanya sebatas untuk seremonial saja.
Tugas kepemimpinan akan diserahkan sepenuhnya pada Muhammad bin Salman, sang putra mahkota yang juga merangkap sebagai Menteri Pertahanan.
Baca: Kondisi Terakhir, Pengacara: Kaki Bengkak, Mata Tak Bisa Dibuka Kalau Dibuka Berputar, Dada Sesak
"Jika tidak ada halangan, Raja Salman akan mengumumkan penunjukkan Muhammad bin Salman sebagai Raja Arab Saudi pekan depan," demikian kata sumber tersebut.
"Raja Salman akan berperan seperti Ratu Inggris. Beliau hanya akan memegang gelar 'Penjaga Dua Kota Suci'," lanjutnya.
Menurut New York Times, sejumlah pengamat di AS memang meyakini bahwa transisi kekuasaan sudah mulai dilakukan di kerajaan tersebut.
Belum ada respons atau pernyataan dari Riyadh terkait kabar itu.
Namun, jika benar, langkah tersebut akan memicu pergolakan besar di Riyadh, melihat upaya konsolidasi kekuasaan yang terjadi di antara anggota kerajaan sejak penangkapan sejumlah pangeran dan pejabat terkait kasus korupsi.
Para pengamat di AS meyakini penangkapan tersebut merupakan upaya Muhammad bin Salman untuk memukul mundur rival-rivalnya menjelang Raja Salman turun takhta.
Sumber kerajaan tersebut mengatakan, di pemerintahannya nanti, Muhammad bin Salman akan memprioritaskan dukungan untuk militernya.
Militer Arab Saudi nantinya akan didorong untuk menghancurkan Hizbullah di Lebanon, dengan bantuan Israel.
"Rencana besar Muhammad bin Salman adalah bertempur di Lebanon, tapi ia berharap militer Israel akan membantu," jelas sumber itu.
"Ia sudah menjanjikan bantuan finansial langsung senilai miliaran dolar pada Israel jika mereka setuju untuk membantu," sambungnya.
Raja Salman, yang pernah dikabarkan menderita dementia, naik takhta pada 2015 lalu, menyusul kematian Raja Abdullah.
Muhammad bin Salman yang dikenal sebagai sosok yang tegas namun impulsif baru diangkat menjadi putra mahkota pada Juni lalu, menggeser keponakannya Muhammad bin Nayef. (Times of Israel/Daily Mail)