News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Puluhan Ribu Rakyat Zimbabwe Desak Presiden Mugabe Mundur

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Ferdinand Waskita
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Panglima Angkatan Militer Zimbabwe, Jenderal Constantino Chiwenga yang mendesak Presiden Mugabe menghentikan pembersihan di internal kabinet maupun partai yang dipimpinnya, Zanu-PF. (AP)

TRIBUNNEWS.COM, HARARE-- Puluhan ribu warga Zimbabwe melakukan unjuk rasa mendesak agar Presiden Robert Mugabe segera mundur dari kursinya.

Aksi demonstrasi yang digelar di Harare, ibukota Zimbabwe itu juga menyatakan dukungan kepada aksi militer dan meminta Presiden Robert Mugabe segera mundur diri.

China Radio International melaporkan kemarin pagi, Sabtu (18/11/2017), hampir semua jalan utama di Harare dibanjiri pengunjuk rasa.

Mereka membentangkan spanduk yang berbunyi "Mugabe Harus Mundur", "Mendukung Pasukan Pertahanan Nasional".

Baca: Pengacara Sebut Istri Novanto Akan Penuhi Panggilan KPK Jika Sehat

Para demonstran menuju ke Istana Presiden.

Sejumlah pengunjuk rasa mencoba masuk ke istananya tapi distopkan oleh pasukan pengawal.

Sejauh kemarin siang, lalu lintas di Harae hampir lumpuh semua namun tidak terjadi bentrokan serius.

Menurut berita, badan-badan 10 provinsi dari Front Patrotik-Uni Nasional Afrika Zimbabwe (Zanu PF), partai berkuasa Zimbabwe, telah mengeluarkan pernyataan, di mana meminta Presiden Mugabe, yang juga ketua dan sekretaris perdana Zanu PF untuk mundur diri dari semua jabatannya.

Baca: Fredrich Yunadi: Sejak Kecelakaan Sampai Sekarang Pak Novanto Muntah Terus

Pada Rabu dini hari, Militer Zimbabwe melancarkan aksi militer dan menguasai semua lembaga-lembaga penting pemerintah.

Dalam pernyataan melalui televisi, Militer membantah ini adalah aksi kudeta militer dan menyatakan keamanan presiden beserta keluarganya dapat terjamin.

Militer menyatakan, tujuannya adalah menangkap kemudian menghukum "penjahat" dalam partai berkuasa. (CRI/BBC/AFP)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini