TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Mendapatkan makanan hangat, semangat patriotik akan tanah air, dan meneruskan jejak keluarga.
Itulah motivasi Lee So Yeon bergabung dengan Angkatan Bersenjata Korea Utara ( Korut) awal dekade 90-an.
Tidak hanya dia. Ribuan perempuan dari seluruh Korut juga melakukan hal serupa tatkala negeri tersebut dilanda kelaparan parah.
Awalnya, So Yeon menikmati statusnya sebagai prajurit di negara dengan kekuatan militer terbesar nomor empat di dunia tersebut.
Apalagi, mereka mendapat pengering rambut. Meski tidak bisa digunakan setiap hari karena sering listrik padam.
Baca: Video Dramatis! Detik-detik Menegangkan Tentara Korut Kabur Membelot ke Korsel
Namun, petaka muncul ketika dia mulai memasuki bulan keenam dari masa dinasnya.
Siklus menstruasinya terhenti diakibatkan lingkungan yang sangat keras, dan kurangnya makanan yang diberikan.
"Namun, kami sangat bersyukur karena jika kami haid, situasinya akan lebih buruk," kata So Yeon dalam wawancaranya dengan BBC, Selasa (21/11/2017).
Perempuan yang kini berusia 41 tahun itu melanjutkan, ada dua kendala terbesar yang dialaminya ketika bertugas.
Yang pertama, sebagai perempuan, mereka tidak mendapatkan fasilitas yang layak.
Matras tempat mereka tidur terbuat dari karung beras.
Akibatnya, ketika mereka berkeringat cukup banyak sehabis berlatih, keringatnya tidak akan terserap.
"Itu sangat tidak nyaman," kata So Yeon yang merupakan putri dari profesor di universitas di Korut tersebut.