TRIBUNNEWS.COM, HARARE - Zimbabwe akhirnya melantik presiden baru, mantan wakil presiden Emmerson Mnangagwa, yang dielu-elukan sebagai "pahlawan".
Sebanyak puluhan ribu orang menghadiri pelantikan Mnangagwa sebagai presiden baru Zimbabwe di sebuah stadion di Harare, Zimbabwe.
Kebanyakan dari mereka merupakan pendukung setia Zanu-PF, partai yang berkuasa di Zimbabwe dan sempat dikepalai oleh presiden terdahulu Robert Mugabe, yang telah dipecat partai dan dilengserkan.
Saat pelantikan dilakukan, ribuan orang tersebut menyerukan nama Mnangagwa sebagai seorang "pahlawan" dan bahkan ada yang menganggap hari pelantikan itu sejatinya adalah "hari kemerdekaan".
"Hari ini merupakan hari kemerdekaan yang sesungguhnya. Hari kemerdekaan yang sudah kita tahu selama ini hanya palsu belaka," ucap seorang warga, Emerson Zinyera (54).
"Hari ini adalah hari kemerdekaan bagi tiap warga Zimbabwe, bukan hari yang hanya bisa dinikmati Mugabe dan istrinya, Grace," lanjutnya.
Namun, selain semangat positif, ada pula yang menganggap era baru pemerintahan Zimbabwe ini tidak akan begitu mengubah kehidupan di negara itu.
"Tidak akan ada yang berubah. Kelaparan dan penderitaan akan berlanjut," ucap seorang warga bernama Mevion Gambiza (28).
Menurut Gambiza, yang membedakan sekarang dengan masa jabatan Mugabe adalah satu faksi dari partai yang berkuasa menang, tinggal menunggu para 'penjilat' untuk mengambil keuntungan dari Mnangagwa.
Dalam pidato pelantikannya, Mnangagwa menyampaikan bahwa politik negara tersebut telah diracuni dan dipolarisasi, yang dimaksudkan pada perselisihan internal dalam partai Zanu-PF.
"Kita seharusnya jangan lagi diperbudak oleh masa lalu kita. Apa yang sudah lalu, biarlah berlalu, bersiaplah menyambut takdir baru untuk Zimbabwe," kata Mnangagwa.
Mnangagwa juga menekankan pentingnya memperbaiki perekonomian negara dengan kembali menjalin hubungan dengan negara-negara Barat yang sudah memutus tali persahabatan dengan Zimbabwe.
Sebelumnya, Mnangagwa dipecat dari jabatannya sebagai wakil presiden oleh Mugabe, demi memuluskan jalan Grace Mugabe, sang ibu negara, untuk menggantikan Mugabe menjadi presiden.
Mnangagwa kemudian kabur dan mengasingkan diri ke Afrika Selatan, disusul penahanan Mugabe oleh pasukan militer Zimbabwe di rumahnya.
Mugabe mengundurkan diri dari jabatannya, Selasa (21/11/2017), setelah sempat menolak untuk dilengserkan dan kemudian diultimatum oleh Zanu-PF, partai yang diketuainya, untuk mundur. (New York Times/AFP)