Setelah itu, Presiden Jokowi berjalan ke sebuah tenda dimana ribuan orang lainnya telah menunggu sambil mendengarkan lantunan ayat Al-Qur'an dan lagu-lagu religi Islami.
Bagi jurnalis SMH itu, kegiatan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, seperti memberikan pelatihan bisnis, cara mengelola bisnis, hingga trik menghindari renternir, menjadikan Jokowi sebagai "separuh businessman dan separuh presiden".
Baca: 10 Tahun Hidup Berkeliling Hotel Mewah, Dana CW dari Dua Sumber Ini
Menurut jurnalis SMH tersebut, kunjungan blusukan Presiden ke pasar lokal pada kampanye 2014, telah ditukar dengan lebih banyak kunjungan ke lokasi keagamaan, seperti pesantren.
Dengan melakukan hal ini, Jokowi berharap bisa melepaskan diri serangan dari lawan-lawan politiknya dan isu-isu bahwa dia bukan seorang Muslim yang baik.
Tingginya elektabilitas Jokowi pada 2014 dibenarkan oleh jurnalis SMH. Menurutnya, kenaikan elektabilitas dan sosok populer Jokowi tidak mengherankan, tetapi sosok Prabowo Subianto juga dapat menjadi lawan yang sebanding lagi bagi Jokowi pada 2019.
Basis pendukung Jokowi mengklaim mayoritas kuat di provinsi Jawa di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta, Prabowo melawan dengan memperoleh hampir 20 persen di provinsi-provinsi yang lebih konservatif di Jawa Barat dan Banten.
Namun, menurut jurnalis SMH ini, mengutip Aaron Connolly dari Lowy Institute, Jokowi memiliki kelemahan, yaitu masalah politik identitas.
"Jokowi dan rakyatnya khawatir dia akan diserang karena politik identitas. Pada tahun 2014, iklan surat kabar berbunyi mengatakan dia seorang Kristen, atau orang Singapura-China. Dia melakukan ziarah kecil ke (Mekkah di) Arab Saudi untuk mengatasinya." kata Connolly kepada SMH.
"Jokowi berasal dari aliran moderat Islam, Nadhlatul Ulama, mereka dianggap lebih sufi dan juga memiliki kepercayaan tradisional Jawa," lanjut Connolly.
Kepopuleran Jokowi itu yang kemudian membuat banyak partai menggandeng PDI Perjuangan, karena potensi kemenangan yang dimiliki oleh Jokowi, setidaknya itu yang dikatakan oleh James Massola dalam tulisannya.
James Massola dan kedua rekannya dari SMH kemudian diajak salah seorang staf presiden untuk dipersilahkan mewawancarai Presiden Jokowi.
Pertanyaan pertama dari jurnalis SMH itu adalah bagaimana membuat hubungan yang lebih baik antara Indonesia dengan Australia?
Presiden Jokowi kemudian menjawab, ia ingin Australia ikut bergabung dalam ASEAN, konsentrasinya pada isu kerjasama pertahananan dan operasi kontra-terorisme dan juga masalah perdagangan dan investasi di antara kedua negara.