Kemudian pertanyaan lainnya adalah apa yang akan dilakukan Jokowi mengenai tuntutan Tiongkok atas Laut Tiongkok Selatan?
James Massola mengatakan, Presiden Jokowi menanggapi pertanyaan ini dengan menjawab bahwa, Indonesia bukan atau tidak termasuk sebagai negara yang ikut dalam konflik di Laut Tiongkok Selatan, meskipun Natuna Utara diklaim oleh Tiongkok, namun tetap berdialog dengan pihak Tiongkok.
Kemudian pertanyaan terakhirnya adalah megnenai politik dalam negeri.
Ketiga jurnalis SMH ini menyoroti kasus yang menerpa Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Poenama atau Ahok, yang memang dikenal publik sebagai "sekutu" dekat Presiden Jokowi.
Setelah itu, jurnalis SMH menggelontorkan pertanyaan bagaimana politik Indonesia kedepannya dan mempertanyakan bagaimana Presiden Jokowi menghadapi serangan dari kelompok konservatif.
"Tahun lalu kami memiliki 101 pemilihan, tahun ini kami memiliki 171 pemilihan, tahun lalu tidak hanya (pemilihan) di Jakarta, di mana-mana di kabupaten, di kota-kota, di provinsi-provinsi, ada pemilihan tahun ini juga. Ada perbedaan di Jakarta, itu politik," kata Jokowi kepada jurnalis SMH.
"Sekarang, saya pikir orang-orang kita bisa belajar dari pemilihan tahun lalu, tidak hanya dari Jakarta tapi juga dari daerah lain, kota-kota lain, provinsi lain. Orang-orang kita setiap tahun bisa belajar dari pemilihan. Saya yakin politik kita bisa Lebih stabil Di Indonesia, konstitusi kita menghormati kebebasan berbicara dan kebebasan untuk membentuk kelompok," lanjut Jokowi.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menolak anggapan bahwa banyaknya pejuang asal Indonesia yang kembali dari Suriah dan Irak akan membawa masalah di Indonesia.
"Tidak, tidak. Kami adalah negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia Kami memiliki 220 juta Muslim di Indonesia Saya pikir jika hanya ada satu, dua atau tiga orang melakukan ini, sangat kecil, sangat kecil," kata Jokowi.
"Kami Muslim moderat, Muslim toleran, kami Muslim modern. Misalnya 220 juta Muslim... Bayangkan jika hanya 5 persen radikal, atau 10 persen radikal yang berarti 22 juta, 5 persen itu berarti 11 juta," lanjutnya.
"Seperti yang Anda tahu, kami memiliki Muhammadiyah, kami memiliki Nahdlatul Ulama, organisasi Muslim moderat terbesar kami. Kami, pemerintah, Muhammadiyah dan NU bersama-sama, kita harus mengatakan kepada umat Islam bahwa Islam di Indonesia adalah Islam modern, Islam yang toleran." tegas Jokowi.
Kemudian, Marcus Mietzner dari Universitas Nasional Australia, seorang ahli politik pemilihan Indonesia, mengatakan kepada Fairfax Media untuk tidak mendengarkan jawaban Jokowi tapi untuk "melihat tindakannya".
"Dia berkeliaran di komunitas Islam, dia telah secara dramatis meningkatkan frekuensi kunjungannya ke pesantren, dia menanami pemimpin Islam, berjanji untuk memasukkan komunitas Islam ke dalam distribusi tanah dan mengatasi ketidaksetaraan. Semua ini telah dilakukan untuk mengantisipasi ancaman (politik) terhadapnya," kata Mietzner kepada Fairfax Media, induk perusahaan The Sidney Morning Herald.
Jurnalis SMH ini kemudian membandingkan Presiden Jokowi dengan sosok mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd. Menurut kisah para jurnalis SMH ini, Jokowi dan Rudd memiliki kesamaan, yaitu menikmati sambutan dari warga, sambutan yang terburu-buru, dan meriah.
Namun, menurut James dalam tulisannya ini, Jokowi tidak sepenuhnya seperti Rudd, Jokowi adalah real deal.
Ia berada di dalam kotak untuk mengamankan masa jabatan kedua dan 10 tahun sebagai pemimpin negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia dan ia berusaha melakukan kompromi untuk mencapai tujuannya itu.