TRIBUNNEWS.COM - Seluruh anggota keluarga Dokter Hamid kini tinggal di sebuah ruangan yang sesak dan temaram.
Ruangan itu adalah garasi yang menempel pada bekas rumah mereka.
Bangunan yang terletak di pinggiran Ghouta Timur, dekat Damaskus, itu kini hanya menyisakan puing-puing setelah dihantam serangan pemerintah Suriah bulan lalu.
Bagaimanapun, di tengah kondisi demikian, Dokter Hamid masih pergi tiga kali sehari ke rumah sakit terdekat untuk menjalankan tugasnya.
Setiap kali meninggalkan rumah, pria berusia 50 tahun itu mencium istri dan kelima anaknya sembari mengusir bayangan yang hinggap di pikirannya bahwa ciuman itu mungkin adalah yang terakhir kalinya.
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Dokter Hamid melalui jalan-jalan yang dipenuhi bangunan rubuh dan tak lagi dihuni.
Dia harus waspada akan potensi bahaya yang mungkin menimpanya.
Jika pengeboman berlangsung dahsyat dan banyak yang luka, dia mungkin berada di rumah sakit lebih dari 24 jam tanpa istirahat.