TRIBUNNEWS,COM, DAMASKUS - Setelah gencatan senjata dan perundingan damai di Ankara, Turki beberapa waktu lalu, pertempuran antara pemerintah Suriah dan pasukan pemberontak kembali terjadi, kali ini pemerintah diduga menggunakan senjata kimia.
Seperti dilansir dari CNN, Minggu (8/4/2018), serangan ke kantong pasukan pemberontak di Ghouta Timur kembali dilakukan oleh pemerintah sejak Sabtu kemarin.
The White Helmet, sebuah LSM kemanusiaan yang bertugas di Suriah merilis kabar dan foto-foto yang cukup mengerikan terkait serangan tersebut melalui akun Twitter resmi mereka, @SyriaCivilDef.
"Seluruh keluarga di penampungan digas sampai mati di #Douma #EastGhouta bersembunyi di gudang bawah tanah mereka, tercekik gas beracun," kata The White Helmet dalam Twitter-nya.
Dikutip dari Reuters, Rami Abdulrahman, direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia juga mengatakan hal yang sama, sekitar 70 orang yang semuanya warga sipil, mengalami kesulitan bernapas dan 11 diantaranya mati lemas dengan mulut berbusa.
Menanggapi hal tersebut, media milik pemerintah Suriah, SANA, menjawab, bahwa tuduhan itu adalah upaya propaganda pihak pemberontak untuk menghalangi kemajuan pasukan pemerintah.
"Upaya terang-terangan untuk menghalangi kemajuan militer oleh kubu teroris (pemberontak) yang kalah," kata kantor berita itu dikutip oleh CNN.