"Tapi merah kali ini adalah darahnya sendiri," kata Ashraf, ayah Razan Najjar.
Sedangkan ibunya, Sabreen, mengatakan bahwa putrinya sudah ditargetkan oleh peluru Israel.
Menurut Sabreen, tentara Israel tidak akan menembak orang sembarangan.
Israel juga sudah tahu bila Razan adalah seorang paramedis, yang bertugas sejak 30 Maret 2018.
"Peluru itu bukan peluru acak. Israel memang menargetkan (Razan) Najjar dan itu peluru ledak langsung ditembak ke dadanya, itu ulah para penembak jitu Israel," tutur Sabreen sambil menunjukkan seragam mendiang putrinya, yang telah menjadi berwarna merah.
Beberapa hari sebelumnya, Razan melakukan wawancara yang kemudian diungngah ke media sosial.
Saat itu, ia mempertanyakan mengapa Israel juga menembak rekannya, Mousa Abu Hassanein, yang merupakan seorang paramedis.
Padahal di lokasi demonstrasi, para perawat hanya menolong orang-orang yang terluka.
Dalam wawancara itu Razan mengatakan, "Kami menyaksikan banyak serangan oleh pasukan Israel, termasuk paramedis dan wartawan yang menjadi sasaran. Padahal seharusnya mereka dilindungi".
"Saya ingin seluruh dunia melihat, mengapa pasukan Israel menargetkan kami yang hanya paramedis ini? Kami bahkan tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Kami hanya menyelamatkan orang yang terluka, mencoba menyembuhkan luka mereka".
"Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?"
Ibu Razan menduga, wawancara itulah yang membuat anaknya jadi sasaran penembak jitu Israel.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Israel-Gaza Kembali Memanas setelah Pemakaman Razan Najjar, Sang Ibu Ungkapkan Fakta Ini