Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Anggaran belanja Jepang untuk sistem pertahanan tercanggih peluru kendali, Aegis Ashore yang semula diperkirakan 100 miliar yen per satu unit membengkak jadi 138 miliar yen per satu unit sistem.
"Anggaran sistem interceptor peluru kendali Aegis Ashore ternyata dari penawaran yang masuk mencapai sekitar 134 miliar yen per satu unit," kata Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera, Senin (30/7/2018).
Sistem tercanggih anti peluru kendali lawan Aegis Ashore memang dimasukkan ke dalam anggaran pertahanan tahun fiskal 2023.
"Semua itu termasuk harga masih tergantung kepada konfigurasi yang akan dipasang dan dibeli nantinya, dan harga juga akan berfluktuasi," tambahnya.
Harga radar baru akan meningkat sekitar 30 persen, menjadi sekitar 250 miliar yen.
Belum lagi harga-harga yang lain yang kemungkinan akan mendapat banyak pertanyaan dari kalangan oposisi nantinya.
Sistem Aegis Ashore dikembangkan AS di Perfektur Akita dan di Kota Hagi Perfektur Yamaguchi, yang bertujuan untuk menutupi (mempertahankan) seluruh wilayah Jepang.
Baca: Pembunuhan M Amin Sudah Direncanakan Sang Istri dan Pacarnya Sejak Hari Ketiga Idul Fitri
Perkiraan itu menggelembung ketika Kementerian Pertahanan Jepang mempertimbangkan memperkenalkan radar SSR Lockheed Martin Corp sebagai komponen kunci dari sistem perisai rudal.
Radar Lockheed telah berubah menjadi lebih mahal daripada sistem yang saat ini dikerahkan pada destroyer Pasukan Pertahanan Diri Maritim.
Biaya untuk membangun fasilitas di situs host untuk sistem Aegis Ashore juga diperkirakan akan meningkat.
Sementara rudal pencegat SM-3 Blok 2A yang dikembangkan bersama oleh Jepang dan Amerika Serikat diatur untuk membawa label harga sekitar 4 miliar yen masing-masing, lebih lanjut meningkatkan total biaya pertahanan Jepang.
Pemerintah memutuskan pada pertemuan kabinet Desember lalu untuk memperkenalkan sistem pertahanan rudal darat.
Pada saat itu, Tokyo merasakan kebutuhan yang semakin meningkat untuk memperkuat perisai rudal setelah Korea Utara melakukan uji coba sekitar 20 rudal balistik tahun lalu, dua di antaranya terbang di atas wilayah Jepang.
Sejak pertemuan puncak AS-Korea Utara pada 12 Juni, ketegangan di Semenanjung Korea telah mereda.
Namun Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan akan terus mencari pengerahan sistem Aegis Ashore, karena ancaman yang ditimbulkan oleh Korut tetap ada.
Rencana itu telah memicu kekhawatiran di antara penduduk setempat dari Perfektur Akita dan Yamaguchi karena mereka takut bahwa perisai rudal, yang akan dikerahkan di tempat-tempat stasioner, bisa menjadi target baru terorisme.
Anggota masyarakat di sana juga menyuarakan kekhawatiran bahwa radar sistem, yang memancarkan gelombang radio yang kuat, bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.