TRIBUNNEWS.COM, TURKI - Jaksa penuntut Arab Saudi mengatakan pembunuhan wartawan veteran Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, telah direncanakan.
Keterangan itu disampaikan jaksa penuntut umum sebagaimana dilaporkan oleh media resmi pemerintah Arab Saudi.
Disebutkan, bukti bahwa pembunuhan Khashoggi telah direncanakan, terungkap dalam penyelidikan yang dilakukan oleh satuan tugas gabungan Saudi-Turki, lapor televisi Ekhbariya.
Dilaporkan pula bahwa para penuntut memeriksa sejumlah tersangka sebagai tindak lanjut dari hasil penyelidikan.
Baca: Direktur CIA Dengarkan Bukti Rekaman Penyiksaan Khashoggi Dihabisi
Keterangan jaksa sama dengan versi Turki
Semula Arab Saudi mengatakan Jamal Khashoggi meninggalkan kantor konsulat tidak lama setelah ia mengurus surat keterangan cerai pada tanggal 2 Oktober lalu.
Lalu Arab Saudi mengubah keterangannya dengan mengatakan wartawan yang kritis terhadap pemerintah Arab Saudi itu meninggal dunia di konsulat akibat "perkelahian".
Negara itu kemudian mengakui Khashoggi telah dibunuh dalam "operasi tak terkendali" yang tidak diketahui oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Kini jaksa penuntut Saudi mengakui bahwa pembunuhannya di Konsulat Arab Saudi sudah direncanakan. Keterangan ini sama dengan versi yang dikeluarkan oleh Turki.
Seorang pejabat Arab Saudi yang namanya tidak disebutkan mengatakan kepada kantor berita Reuters pada Minggu (21/10) bahwa Khashoggi meninggal dunia karena dicekik setelah menolak dipulangkan ke Arab Saudi.
Pemeriksaan saksi-saksi dari konsulat
Jenazahnya kemudian digulung dengan karpet dan diserahkan kepada kaki tangan setempat untuk kemudian dibuang.
Hingga kini jasadnya belum ditemukan.
Kantor berita Turki, Anadolu, melaporkan 38 staf Konsulat Arab Saudi di Istanbul telah dimintai keterangan sebagai saksi.
Sementara itu, Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA), Gina Haspel, dilaporkan telah mendengarkan rekaman suara yang oleh Turki dikatakan berisi pembunuhan Jamal Khashoggi.
Haspel mendengarkan rekaman audio dalam kunjungannya ke Turki awal minggu ini. Ia dijadwalkan akan menyampaikan briefing kepada Presiden Trump hari Kamis ini (25/10).
Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang dianggap sebagai penguasa de facto Arab Saudi, berjanji akan menghukum mereka yang terlibat.