TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS - Abu al-Umarayn, seorang pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dikabarkan tewas dalam serangan udara koalisi Amerika Serikat pada Minggu (2/12/2018), pukul 20.00 waktu setempat di Gurun Badiyah.
Hal itu diumumkan langsung oleh Koalisi pimpinan Amerika Serikat ( AS) di Suriah.
Baca: Pilot Jet Tempur Inggris Dapat Penghargaan Prestisius, Ledakkan 4 Truk ISIS dari Jarak 6,5 Km
"Dia sudah terbunuh. Informasi yang berkaitan dengannya bakal dibeberkan setelah penilaian keseluruhan," kata juru bicara koalisi Kolonel Sean Ryan.
Diwartakan AFP Senin (3/12/2018), al-Umarayn dituduh sebagai pelaku pembunuhan terhadap warga AS dan tawanan dari negara Barat lain.
Umarayn dituduh terlibat dalam pemenggalan Peter Kassig, mantan tentara AS yang saat itu menjadi pekerja kemanusiaan pada November 2014.
Kassig diculik pada Oktober 2013 saat mengirimkan makanan dan bantuan medis bagi para pengungsi di kawasan timur Suriah.
Daily Mirror memberitakan, dia ditahan bersama jurnalis Inggris John Cantlie serta wartawan Perancis Nicolas Henin.
Keberadaan Cantlie hingga saat ini masih belum diketahui keberadaannya. Sementara Henin dibebaskan 10 bulan pasca-penculikannya.
Dalam tayangan video pada saat itu, anggota ISIS lain bernama Jihadi John berdiri di samping kepala Kassig yang sudah dipenggal.
"Selain terlibat dalam pembunuhan Peter Kassig, al-Umarayn juga dianggap sebagai ancaman bagi Pasukan Koalisi," kata Ryan.
Dia menambahkan, sebagai anggota senior ISIS, al-Umarayn juga dituduh terlibat secara langsung dalam pembunuhan tahanan yang lain.
"Koalisi terus melaksanakan serangan udara untuk menghancurkan komando ISIS dan mengendalikan medan perang dengan menghancurkan para petinggi mereka," ujar Ryan.
Ini adalah kali pertama sejak koalisi pimpinan AS yang terjun memberantas ISIS pada 2014 mengumumkan pelaku pemenggalan Kassig.
Namun, klaim tersebut dibantah media lokal Suriah SANA yang memberitakan serangan udara itu malah menargetkan pasukan pemerintah Suriah.