TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Produk-produk Indonesia seperti bir, kopi, dan furnitur mulai masuk pasar Timur Jauh Rusia, dari Provinsi Primorsky Krai yang beribu kota Vladivostok sampai Siberia, dan bahkan Moskow.
Salah satu produk bir ternama Indonesia “Bali Hai” misalnya, sudah masuk di 90% supermarket di wilayah Primorsky Krai dan sekitarnya.
Hal itu terungkap dari kunjungan kerja Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, ke Vladivostok pada 5-7 Desember 2018.
Dalam kunjungan tersebut, Dubes Wahid didampingi Minister Counsellor Ekonomi, Edi Suharto, Atase Perdagangan RI di Rusia, Farid Amir dan Sekretaris I Pensosbud, Enjay Diana.
Valentin Ushakov, Direktur Jenderal Trade Group, importir bir “Bali Hai” mengatakan besarnya peluang pasar di wilayah Timur Jauh Rusia. Pihaknya telah menjalin kerja sama dengan salah satu produsen bir Indonesia mulai Desember 2017.
Sejak kedatangan kontainer pertama pada Februari 2018 hingga akhir tahun 2018, perusahaannya telah mengimpor sebanyak 30 kontainer senilai USD 400-450 ribu. Valentin Ushakov juga berkeinginan mengimpor produk lainnya dari Indonesia seperti minyak goreng dan kopi instan.
"Bir Indonesia diminati di Rusia. Pasar kami tidak hanya wilayah Timur Jauh Rusia, tetapi juga sudah sampai ke Moskow. Pada tahun 2019 direncanakan akan impor sekitar 100 kontainer dengan nilai sekitar USD 1,5 juta," kata Valentin Ushakov saat bertemu Dubes Wahid.
Pengusaha lainnya Ananesyan Goraevich, Direktur LCC "Ermak" berkeinginan untuk mengimpor produk-produk Indonesia, seperti minyak sawit, kopi, mie, dan kertas.
Sementara Olga Bagryantseva, Direktur House of Indonesia yang sudah cukup lama mengimpor furnitur dari Indonesia, memanfaatkan kunjungan Dubes RI tersebut dengan menyelenggarakan Pasar Tahun Baru 2019.
Sekaligus mempromosikan dan menjual produk lainnya dari Indonesia selain furnitur, seperti kain batik, bumbu masak, kebutuhan spa terapi dan aneka souvenir. Pada tahun 2015 Olga Bagryantseva pernah memperoleh penghargaan Primaduta Award dari Kementerian Perdagangan RI.
Potensi kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Primorsky Krai juga dibicarakan dalam pertemuan antara Dubes Wahid dengan Acting Gubernur Primorsky Krai, Oleg Kozhemyako. Menurut Oleg Kozhemyako, nilai perdagangan antara Primorsky Krai dengan Indonesia tahun 2017 hanya sebesar USD 21 juta dan perlu ditingkatkan lagi.
Dubes Wahid sepakat dengan Oleg Kozhemyako untuk berupaya meningkatkan nilai perdagangan kedua pihak. Untuk itu, Dubes Wahid mengusulkan dibentuknya suatu Asosiasi Bisnis Indonesia dengan Timur Jauh Rusia dalam waktu dekat.
Usulan ini disambut baik juga oleh KADIN Primorsky Krai dalam pertemuan dengan Dubes Wahid yang dilakukan terpisah sebagai kelanjutan setelah pertemuan Dubes Wahid dengan pelaku usaha setempat dalam bentuk forum bisnis.
Primorsky Krai merupakan salah satu wilayah Federasi Rusia di Timur Jauh Rusia. Vladivostok sebagai ibu kota provinsi tersebut mengalami perkembangan pesat sejak penyelenggaraan KTT APEC tahun 2012.
Pemerintah Rusia melakukan pembangunan infrastruktur di Vladivostok dan menjadikannya sebagai pintu gerbang Rusia ke kawasan Asia Pasifik seiring dengan kebijakan luar negeri Rusia untuk mendekatkan diri ke kawasan timur (look east).