Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kecelakaan latihan militer bersama di Filipina antara pasukan Jepang, Amerika Serikat dan Filipina, mengakibatkan satu anggota pasukan bela diri Jepang (SDF) luka parah dan seorang lainnya meninggal dunia.
Kasus ini menjadi sorotan tajam Dr Masaru Sasaki, mantan penasihat khusus kabinet Jepang dalam jumpa pers, Selasa (18/12/2018).
"Sistem darurat penanganan medis SDF Jepang harus segera diperbaiki. Saya sudah usulkan sejak 2015 tetapi tampaknya tidak ditanggapi dengan baik," kata Sasaki.
Menurut Sasaki, kematian anggota SDF di Filipina akibat kecelakaan latihan militer 2 Oktober 2018 dianggapnya sangat tidak bertanggungjawab.
"Harusnya kan bisa ditanyakan mengapa korban ditangani dokter sipil di Filipina, apakah tidak ada dokter khusus di dalam tim medis SDF Jepang tersebut. Ini kan sangat penting," kata Sasaki.
Sasaki berharap SDF membuat satu tim khusus untuk mengantisipasi darurat penanganan medis anggota SDF di mana pun berada.
Baca: Pencetus Ide Kasino di Jepang Menekankan Pentingnya Lokasi untuk Menghidupkan Kota
"Apalagi yang ikut dalam operasi PBB meskipun di garis belakang sekali pun," tambahnya.
Sasaki juga mempertanyakan kemana saja dokter di dalam tim medis SDF selama ini.
"Dulu saya tahu ada sekitar 2.400 dokter yang bertugas di SDF. Kini hanya 820 orang saja. Lalu yang 1600 orang ke mana larinya? Apa tidak ada rasa antisipasi krisis di dalam SDF. lalu apa gunanya Medical College yang dibuat SDF kalau begitu?" ungkapnya.
Shintaro Ishihara, mantan Gubernur Tokyo yang sangat mendukung proposal Sasaki melihat susahnya orang "luar" menembus kabinet Jepang dalam mengusulkan sesuatu.
"Saya dulu juga pernah di parlemen, jadi merasakan sendiri keadaan situasi kondisi di parlemen. Tampaknya anggota parlemen sekarang dan juga kalangan birokrasi Jepang sulit menerima usulan dari luar. Sehingga ide-ide baik Sasaki mental semua," kata Ishihara.
Oleh karena itu Ishihara sangat berharap Jepang bisa dipimpin oleh politisi yang tegas.
"Bila perlu menggunakan tekanan untuk bisa menjalankan sebuah proyek yang baik demi kemajuan banyak orang," kata dia.
Sasaki juga mengungkapkan bahwa di SDF saat ini anggaran untuk sistem medis darurat bagi internal SDF sangat kurang sehingga juga menyulitkan perlindungan medis kepada para anggota SDF apabila terjadi sesuatu terkait medis.
"Mungkin Jepang sudah menjadi negara yang terlalu damai, sehingga tak terpikirkan untuk darurat medis. Tapi dengan kejadian di Filipina tersebut seharusnya semua pihak sadar pentingnya sistem penanganan darurat medis bagi para anggota SDF. Dan mereka harus dilindungi dengan baik dalam tugasnya di mana pun berada," kata dia.
"Di dalam SDF sudah seharusnya memiliki tim medis khusus untuk antisipasi darurat, jangan mengandalkan kepada dokter sipil rumah sakit setempat," ujarnya.