Daerah ini walaupun pegunungan tak ada gempa bumi sama sekali sehingga tempat tinggal di lereng pegunungan tetap aman hingga kini.
Selain meminum wine mereka juga makan daging kambing sehari-hari beserta sayuran seperti cabai-cabaian serta jagung yang banyak disimpan di dalam tanah (lereng gunung di dalam rumahnya) sebagai persediaan makanan.
"Kalau musim dingin salju lebat mereka susah ke luar rumah sehingga memasak ambil dari persediaan jagung yang ada di dalam rumahnya itu," kata dia.
Dijauhkan dari Keluarga
Umumnya wanita Kalash sangat sehat dan kuat. Namun lebih menarik lagi, apabila datang bulan atau hamil, mereka bermukim di satu rumah khusus, dibedakan dengan rumahnya sendiri, disebut Bashaleni, dijauhkan dari anggota keluarganya.
Baca: Kronologis Penggerebekan Dua Foto Model Terlibat Prostitusi Online di Madiun, Inisialnya AN dan PT
Jadi di tempat suku Kalash ini ada rumah khusus bagi yang sedang datang bulan, atau bagi yang sedang hambil.
Bahkan memberikan piring makanan juga tidak bersentuhan.
Orang yang sedang datang bulan dipanggil ke luar, piring makanan atau sesuatu yang mau diberikan, ditaruh di tanah di depannya, lalu diambil oleh orang yang sedang datang bulan tersebut.
Rambut mereka para wanita umumnya kuncir tiga yaitu yang di depan atau di tengah, lalu kuncir yang di kiri dan kuncir yang di kanan.
Banyak dari mereka membuat pakaiannya sendiri, merajut dari berbagai bahan warna warni tanda kecerahan hidup dan semangat hidup mereka para wanita.
Yang agak menarik adalah pakaian lelaki biasa saja, bahkan seperti pakai garung goni saja, banyak yang polos dan tak fashionable, sangat sederhana.
Mata wanita Kalash berwarna biru, membuat mereka semakin cantik.
Dari catatan sejarah mereka berasal dari peradaban Yunani yang sangat tua.
Agama dan budaya mereka tersendiri, sehingga ada yang mengatakan animisme atau tak beragama.
Tiga festival utama Kalash adalah Chilam Joshi di pertengahan Mei, Festival Uchau di musim gugur, dan Caumus di tengah musim dingin.