Namun, Pemerintah China masih kesulitan untuk dapat memastikan keberadaan perdagangan barang-barang palsu ini dapat berhenti.
Ini dikarenakan tingginya peminat dan jaringan global yang dimiliki oleh pedagang. Terlebih, ketika mereka mulai memperdagangkannya melalui jalur pribadi, seperti sosial media.
Memerangi hal tersebut, setahun terakhir Instagram mengaku memiliki sistem pindai canggih untuk mendeteksi perdagangan barang-barang palsu di platformnya untuk kemudian dilakukan pemblokiran akun.
Tidak hanya pemerintah yang menerima protes, perusahaan e-commerce terbesar di China Alibaba, juga kerap mendapatkan hal serupa.
Alibaba kerap diprotes oleh produsen-produsen barang fesyen yang banyak dipalsukan dan diperjualbelikan ke masyarakat. Sebagai respons, Alibaba pun menyediakan layanan aduan dan membuat platform perlindungan kekayaan intelektual.
Di sana merk atau produsen asli dapat mengajukan keluhan dan mendapatkan respon cepat dalam hitungan 24 jam.