Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Di Jepang sangat jarang terdengar adanya kasus pemalsuan uang 10.000 yen. Kalau pun ada, paling-paling cetakan atau fotokopi berwarna yang beredar, namun langsung segera dilaporkan ke polisi dan pelakunya segera tertangkap.
Untuk mengidentifikasi uang yen Jepang tidak saja dari penglihatan tetapi juga dari rabaan fisik.
Mengapa demikian?
Karena target pengguna uang tersebut juga menjangkau kalangan difabel khususnya yang tidak bisa melihat namun bisa meraba.
Dengan meraba, seseorang bisa mengenali uang yen Jepang yang dipegangnya asli atau palsu. Itulah kehebatan teknologi dan ide orang Jepang.
Dilihat dari sisi pencetakan, dengan watermark (tanda air) uang kertas yen Jepang sangat sempurna pembuatannya, dan diakui sebagai salah satu uang yang paling sulit dipalsukan.
Hal itu terutama karena uang kertas yen Jepang menggunakan kertas sintetis.
Dalam proses pembuatannya diresapi dengan cairan khusus dari sejenis kulit pohon tertentu yang ada di Jepang.
Pohon ini liat dan memiliki kilau yang khas, dan suara yang nyaring, berwarna kuning muda, makin besar denominasinya (pecahan mata uang) semakin pekat warnanya.
Juga menggunakan tinta khusus, yang mengandung magnetic pada gambar tokoh dan huruf yang tertera pada nilai nomimal.
Membuat uang palsu risikonya sangat tinggi dan hukumannya sangat berat di Jepang, sedikitnya penjara 5 tahun.
Karena biayanya yang tinggi, risiko hukum juga sangat berat, tidak sebanding dengan uang yang dipalsukan, membuat kalangan kejahatan menjauhkan bisnis uang palsu.
"Pembuat uang palsu terkenal dan tercanggih di dunia kini justru ada di Korea Utara dan peredaran juga lewat para pejabat Korea Utara yang bepergian ke berbagai negara dengan paspor diplomatik," ungkap sumber Tribunnews.com.
Pencetakan juga dengan menggunakan teknologi pencetakan tinta bercahaya dengan efek yang tidak sama jika diamati dari sudut yang berbeda.