"Bukankah pusat ini mengajarkan etika kerja staf mereka? Saya memposting ini secara publik karena ini bukan tuduhan belaka."
"Saya trauma atas apa yang terjadi."
"Saya tidak akan rugi. INI ADALAH KEBENARANNYA."
Selain itu, ia juga memposting story di Instagram tentang pengalaman traumatisnya.
Dia menulis, "Saya bukan satu-satunya korban. Beberapa DM (direct message) saya dan berbagi cerita bahwa mereka juga dilecehkan oleh instruktur lain dari pusat belajar mengemudi yang SAMA."
"Para guru melihatmu sebagai target yang mudah TERUTAMA jika kamu terlihat 'campuran' dan tidak mengerti bahasa Melayu dengan baik."
"Mereka berbicara tentang tubuhku. Saya ditertawakan dan didiskriminasi."
Yang lebih mengejutkan adalah fakta bahwa banyak wanita juga menghadapi pelecehan seksual oleh instruktur mengemudi dan beberapa bahkan oleh petugas JPJ
Seorang netizen membagikan serangkaian story di Instagram dan berbagi pengalaman di sekolah mengemudi yang sama.
"Saya tidak yakin apakah ini diizinkan, tetapi saya menemukan ini di Facebook."
"Staf, secara umum, tidak memiliki etika kerja. Mereka sangat kasar dan menjengkelkan."
"Instrukturnya kasar dan benar-benar menyeramkan. Mereka banyak menggoda siswa dan membuat mereka merasa tidak nyaman."
"Saya melaporkan serangan ke polisi setahun yang lalu. Petugas JPJ melecehkan saya dan bersikeras meminta nomor saya."
"Saya masih percaya bahwa dia sedang berkeliaran mengincar gadis-gadis muda."
Ditanya tentang tindakanya yang terlambat memberitahukan insiden tersebut kepada polisi, Syazwani Aqilah mengatakan dia ingin menunggu sampai ibunya kembali dari tugas.
"Hari itu, ibuku sedang bekerja di luar daerah dan saya harus menunggunya pulang."
"Setelah ibu pulang, kami segera membuat laporan ke polisi."