Ia pun sempat memperingatkan beberapa orang untuk menjauh dari area masjid.
"Temen lain sudah ada yang langsung menghubungi polisi. Saya mencoba berpikir jernih di tengah kepanikan dan suasana mencekam. Akhirnya saya telpon supervisor saya, telpon saya angkat ke udara, agar dia tahu penembakan masih berlangsung dan teman-teman lain jangan ada yang ke area masjid. Saya juga coba WA KBRI karena mungkin juga masih salat. Teman-teman juga saya hubungi, jangan sampai ada yang ke area masjid," terangnya menerawang kejadian beberapa hari lalu.
Sekitar 10 menit suara tembakan berlangsung, akhirnya polisi datang kemudian disusul oleh ambulan bersama paramedik yang langsung mengevakuasi para korban tembakan.
Ketika itu semuanya saling mengutkan satu sama lain, ada pula salah satu jamaah yang sempat menayangkan secara live aksi teror tersebut.
Sekitar 5 jam bersembunyi, terhitung sejak pukul 14.00 kurang sampai pukul 18.30 waktu setempat, akhirnya polisi berhasil mengevakuasi Irfan bersama dengan 16 korban lainnya di tempat persembunyiannyan.
"Saya peringatkan orang-orang di kampus dan teman-teman saya melalui sambungan telepon, jangan ada yang ke masjid. Saat itu, kami dengan berat hati menonton tayangan aksi brutal peneror, meskipun kami menolak untuk melihat, namun kami ingin memastikan apakah saudara salah satu dari kami ada yang tertembak. Setelah mengunggu, akhirnya polisi datang dan mengambil identitas kami," terangnya.
Pukul 7.30 waktu setempat akhirnya, Irfan diantar pulang sampai rumah denga selamat.
Irfan tak pernah berpikir kejadian seperti ini akan dialamai dalam hidupnya.
Ia mengaku sebagai saksi mata yang langsung melihat kekejian aksi penembakan tesebut memberikan bekas tekanan psikis sampi saat ini.
"Kondisi saya Alhamdulillah baik-baik saja secara fisik. Namun sebagai saksi mata dan penyitas, saya mengalami tekanan psikis yang memerlukan beberapa waktu untuk bisa pulih."
"Kejadian ini bukan kota saja yang merasakan, namun seluruh New Zealand. Hari ini saya memberanikan diri, mencoba untuk melupakan dan kembali ke universitas agar tekanan psikis yang saya alami berangsur bisa pulih," katanya.
Untuk saat ini, meskipun masih dalam suasana berduka, beberapa Masjid sudah mulai dibuka.
Tidak ada yang menyangka New Zealand yang dikenal dengan keamanan dan kebersihannya, mendapatkan teror yang dilakukan oleh pelaku.
Pasca kejadian tersebut, Rektor UAD Kasiyarno mengutuk keras tindakan yang dilakukan oleh oknum teroris tersebut.
"Semua orang menyayangkan ini. Kami prihatin dan mengutuk keras aksi biadab tersebut. Saya harap pelaku yang sudah ditangkap bisa diberikan hukuman seadil-adilnya," terangnya kepada wartawan.(*)